Lihat ke Halaman Asli

Imi Suryaputera™

Jurnalis, Penulis, Blogger

Kantong Plastik 200 Perak

Diperbarui: 26 Februari 2016   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Mulai hari ini Kami memberlakukan kantong plastik berbayar untuk tempat belanjaan yang bapak beli," ujar seorang Pramuniaga, saat Saya akan membayar belanjaan di Kasir pada satu Minimarket yang namanya cukup terkenal di negeri ini.

"Berapa ?" tanyaku.

"Duaratus rupiah, pak."

Tanpa banyak pertanyaan Saya menganggukkan kepala tanda setuju saja atas pemberlakuan pihak Minimarket.

Pramuniaga Minimarket pun kemudian menghitung jumlah harga belanjaan Saya dan memasukkannya ke kantong plastik. Belanjaan Saya itu antara lain; air mineral kemasan botol plastik, roti tawar kemasan plastik, wafer cookies kemasan plastik, kertas tisu refill dalam kemasan plastik, sabun mandi cair dan shampoo yang keduanya juga dikemas dengan botol plastik, semuanya dikemas dengan bahan yang serba plastik.

Saya sudah mengetahui perihal kantong plastik berbayar ini beberapa hari lalu melalui pemberitaan online. Entahlah apa yang sedang ada dalam pikiran pihak yang menganjurkan dan memberlakukan kantong plastik berbayar ini. Di negeri ini Saya pikir banyak orang yang berpikiran aneh-aneh.

"Bahan plastik itu sulit terurai. Sehingga perlu dikurangi sampahnya dengan memberlakukan kantong plastik berbayar," ujar seorang teman Saya.

Saya justru heran, jika bermaksud mengurangi sampah plastik hanya dengan memberlakukan kantong plastik berbayar, dengan harga yang tak seberapa pula; Saya pastikan tak akan berhasil. Uang sebesar Rp 200 ini di daerah Saya sama sekali nyaris tak ada nilainya. Tak ada satu barang dagangan pun yang dapat dibeli dengan uang Rp 200 ini di daerah Saya. Nilai mata uang terendah yang bernilai di daerah Saya adalah Rp 1.000.

Lagi pula kenapa cuma kantong plastik berbayar. Kenapa tidak yang lainnya ?

Kemarin Saya lihat tetangga Saya membeli pentol bakso dibungkus plastik, juga dengan es cendol yang menggunakan gelas plastik dari pedagang makanan minuman keliling.

"Para pedagang mesti mengganti kantong plastik dengan kantong kertas," cetus teman Saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline