Lihat ke Halaman Asli

Imi Suryaputera™

Jurnalis, Penulis, Blogger

Money Changer 'Pemeras' di Bandara Syamsudin Noor

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyesal dan jengkel.

Itulah yang kurasakan setelah mengetahui ada tempat penukaran uang (money changer) di Banjarmasin yang membeli mata uang asing dengan harga yang sesuai. Ini kutahu setelah teman seperjalananku kembali dari Singapura mengajakku dari Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru ke Banjarmasin.

"Kita ke Banjarmasin dulu menukar uang ke money changer, sekalian uangmu juga ditukar disana," ujar temanku sambil berjalan menuju mobil taksi yang akan membawa kami.

"Aku sudah menukar uangku di money changer yang dekat pintu kedatangan itu," sahutku.

"Berapa nilai per Dollar Singapura ?" tanya temanku.

"Nilainya Rp 8 ribu per 1 Dollar Singapura," jawabku.

Temanku jadi geleng-geleng kepala mendengar jawabanku yang sudah menukar uang. "Itu pemerasan namanya," sungut temanku.

Ya, benar kata temanku itu; pemerasan. Padahal 2 hari sebelumnya aku ingat saat berada di Batam menukar Dollar Singapura dihargai dengan Rp 9.100 per 1 Dollarnya.

Sudah terlanjur pikirku. Kami pun naik ke mobil dan meluncur ke Banjarmasin. Disana di satu money changer temanku menukar mata uang Dollar Singapura dengan kurs senilai Rp 9 ribu per Dollar.

Sakit, sebab aku mengetahui selisih nilai tukar Rp 1.000 antara money changer yang ada di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru dengan yang ada di Banjarmasin. Lumayan banyak selisih akumulatifnya, aku menukar Dollar Singapura senilai 600 Dollar; berarti selisihnya Rp 600 ribu. Sakitnya tuh disini (sambil pegang dada).

Aku heran bisa-bisanya money changer seperti itu masih ada di Bandara, dan satu-satunya pula. Menurut temanku, money changer itu bisa diistilahkan money changer ilegal yang berada di tempat legal. Keberadaan money changer seperti itu menurutku sangat memalukan dan merusak citra daerah saja, apalagi jika yang melakukan transaksi keuangan disana itu para orang asing yang berkunjung ke wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Kejadian yang menimpaku ini pada Pebruari 2015 lalu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline