Lihat ke Halaman Asli

Imi Suryaputera™

Jurnalis, Penulis, Blogger

Ilmu Klenik dan Pemilukada

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih segar dalam ingatan saya ketika beberapa bulan menjelang Pemilihan Kepala Daerah di kabupaten dimana saya bertempat tinggal. Peristiwa ini terjadi sudah hampir satu dekade.

Bersama seorang teman saya berkunjung ke Jombang Jawa Timur. Kebetulan teman yang bersama saya adalah orang asli Jombang yang tentu sangat mengetahui seluk beluk daerahnya. Kunjungan saya ke Jombang ini hanya untuk keperluan jalan-jalan selain menemani teman saya ini pulang kampung untuk bertemu keluarganya.
Misi jalan-jalan saya berubah sehabis saya berkomunikasi dengan salah seorang Calon Kepala Daerah (Cakada), Bupati Incumbent. Kedekatan saya dengan Cabup ini membuat yang bersangkutan tak ragu mengungkapkan keinginannya. Ia pun minta tolong ke saya mumpung sedang berada di Jombang, ia minta carikan "orang pintar" untuk ikut membantu memuluskan langkahnya menuju kursi Bupati untuk kedua kalinya.

Saya tentu tak mengerti mesti mencari orang dimaksud kemana. Keinginan Cabup ini pun saya ceritakan ke teman saya. Gayung bersambut, teman saya ini bersedia membantu mencarikan orang pintar dimaksud. Kenapa memilih mencari di Jombang ? Menurut Cabup ini Jombang merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak orang pintar baik dari segi agama maupun segi lainnya termasuk ilmu klenik.

Entah memang teman saya ini sering berhubungan dengan para "orang pintar" atau memang karena ia banyak mengenal orang, yang dicari pun jadi mudah ditemukan. Dalam satu hari saja kami berhasil menemukan orang pintar yang diinginkan oleh Cabup itu. Orang pintar yang kami datangi ini tak berpenampilan seperti para dukun ataupun paranormal kebanyakan. Orangnya masih muda, penampilannya seperti warga kebanyakan, yang membedakannya dengan warga sekitar adalah rumah kediamannya yang dikunjungi banyak orang dari berbagai tempat. Menurut teman saya, si orang pintar ini sempat kuliah di jurusan desain grafis di salah satu universitas terkenal di negeri ini, namun berhenti dan memilih menjalani profesinya sekarang ini.

Teman saya ternyata sangat akrab dengan orang pintar muda ini. Kami disediakan waktu khusus oleh si orang pintar sehingga bisa berbicara panjang lebar tentang keinginan Cabup yang disampaikan melalui saya.
Keinginan Cabup yang saya wakili ini adalah bisa memboyong si orang pintar untuk datang langsung ke daerah. Urusan dana dan berbagai keperluan lainnya semua disanggupi dan dijamin oleh Cabup yang berkepentingan. Si orang pintar muda ini pun setuju.

Setelah si orang pintar ini menyatakan persetujuannya untuk ikut bersama kami, ia minta waktu dulu selama 3 hari untuk melaksanakan ritual; berpuasa. Kami pun mesti menunda kepulangan kami. Waktu menunggu ini kami pergunakan untuk jalan-jalan ke daerah sekitar Jombang.

Tiba waktunya kami berangkat 4 orang; saya, teman saya, si orang pintar, dan asistennya. Hebat, ternyata ia juga punya asisten yang tugasnya mempersiapkan berbagai peralatan untuk keperluan ritual.
Dari Jombang si orang pintar ini membawa ratusan botol kecil yang biasa dipakai untuk memasukkan minyak wangi. Botol-botol kecil tersebut menurut si orang pintar, berisikan minyak yang bisa menangkal serangan saingan yang sama-sama menggunakan ilmu supranatural, serta untuk pengasihan. Dan ratusan botol itu disesuaikan dengan jumlah banyaknya desa di kabupaten yang akan menyelenggarakan pemilihan bupati. Ratusan botol itu ditebus oleh Cabup sebagai mahar (tak mau disebut dijual) yang harga per botolnya lumayan mahal.

Kepada saya si orang pintar muda itu cerita, ia berpuasa 3 hari sebagai syarat untuk mengisi mantera-mantera kedalam botol yang berisikan "minyak sakti" itu.
Saya hanya diam dan terheran-heran dengan berbagai ceritanya mengenai hal-hal supranatural yang saya nilai sulit diterima akal sehat saya. Yang membuat heran saya adalah, Cabup yang minta tolong ke saya ini dalam kesehariannya merupakan sosok yang sangat religius disamping berpendidikan cukup tinggi; strata dua.

Keheranan saya ini dikarenakan pikiran saya yang menafikan orang religius hanya percaya kepada pertolongan Tuhan, tidak percaya terhadap hal-hal yang irasional apalagi didukung pendidikan tinggi. Namun ternyata pikiran saya ini salah dan keliru. Yang percaya terhadap hal supranatural tak memandang pendidikan, religiusitas, strata sosial ekonomi, jabatan dan sebagainya. Makanya tak salah jika Presiden SBY diberitakan oleh Harian The Washington Post; percaya klenik atau supranatural. Dan menjelang Pemilu ini saya yakin jasa orang pintar ini diperlukan tak kalah pentingnya dari tim sukses, atau bisa juga menjadi bagian dari tim sukses itu sendiri.

Kembali ke cerita mengenai orang pintar muda dan kiprahnya terhadap Cabup yang ia bantu. Sesampainya di daerah, setelah beristirahat satu hari, kami pun bergerak ke tiap desa. Ratusan botol kecil yang kami bawa dari Jombang itu di sebar tempat strategis di tiap desa. Entah memang nasib di Cabup sedang bagus, ataukah si orang pintar muda itu yang sedang ikut mujur, si Cabup akhirnya terpilih kembali sebagai Bupati. Yang jelas saya juga ikut dapat dampaknya makin dekat dengan Bupati terpilih, tapi saya tak pernah mau percaya terhadap "kesaktian" botol-botol kecil itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline