Lihat ke Halaman Asli

Nur Afni Imel

Mahasiswa

Review Novel Berjudul "Laut Bercerita"

Diperbarui: 24 Oktober 2024   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

"Laut Bercerita" adalah novel yang menggambarkan perjuangan dan kehilangan dalam konteks sejarah Indonesia, khususnya peristiwa 1965 dan dampaknya pada masyarakat. Cerita ini mengikuti perjalanan Damar, seorang penulis yang berusaha mengungkap kisah-kisah kelam di balik tragedi tersebut. Dalam pencariannya, Damar berinteraksi dengan berbagai tokoh yang memiliki pengalaman langsung, menciptakan narasi yang mendalam tentang trauma sejarah.

Latar belakang pulau-pulau Indonesia menjadi setting yang kuat, memperkuat nuansa dan emosi dalam cerita. Melalui alur yang mengalir, Damar menjelajahi kenangan, cinta, dan pengkhianatan. Gaya penulisan puitis Leila S. Chudori mampu menciptakan suasana yang menarik dan mendalam. Pembaca diajak untuk merasakan kompleksitas emosi manusia, termasuk rasa sakit dan harapan yang muncul dari situasi sulit.

Kekurangan Novel Ini menurut saya, sesuai review pribadi. Walaupun "Laut Bercerita" memiliki banyak aspek positif, terdapat beberapa kekurangan yang perlu dicermati:

》Panjang dan Tempo Cerita: Salah satu kelemahan yang mencolok adalah tempo cerita yang lambat. Meskipun ini memberi kesempatan untuk pengembangan karakter dan refleksi mendalam, beberapa pembaca mungkin merasa alur cerita terlalu bertele-tele. Beberapa bagian terasa melambat, yang bisa mengurangi fokus dan antusiasme pembaca.

》Pengembangan Karakter yang Kurang: Damar sebagai tokoh utama cukup kuat, tetapi karakter pendukung sering kali kurang mendalam. Banyak dari mereka berfungsi sebagai penggerak cerita tanpa latar belakang yang memadai, sehingga dampak emosional hubungan antar karakter berkurang. Pembaca mungkin tidak merasakan kedekatan yang diharapkan, yang membuat hubungan ini kurang berdampak.

》Kesederhanaan dalam Konfrontasi Konflik: Novel ini membahas isu berat seperti trauma, kehilangan, dan identitas. Namun, konfrontasi terhadap konflik tersebut seringkali terasa terlalu sederhana. Penyelesaian masalah yang dihadapi Damar dan karakter lainnya kadang tidak cukup menggambarkan kompleksitas situasi yang sebenarnya. Pembaca mungkin mengharapkan lebih banyak nuansa dan ketegangan dalam penyelesaian masalah ini.

》Simbolisme yang Berlebihan: Leila S. Chudori mengimplementasikan simbolisme yang kuat dalam narasinya, tetapi terkadang terasa berlebihan. Penggunaan metafora yang berulang bisa mengurangi dampak dari simbolisme yang awalnya efektif. Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa penjelasan yang berlebihan tentang simbolisme mengalihkan perhatian dari inti cerita.

》Ketidakseimbangan antara Sejarah dan Fiksi: Novel ini berusaha menggabungkan elemen sejarah dengan fiksi, tetapi terkadang terasa tidak seimbang. Ada momen di mana fakta sejarah mendominasi narasi, mengganggu alur fiksi dan mengurangi daya tarik cerita. Pembaca yang mengharapkan narasi fiksi yang lebih bebas mungkin merasa bahwa penggabungan ini membatasi kreativitas penulisan.

Ada juga kelebihan yang menarik dari novel ini, yaitu:

》Penggambaran Sejarah: Novel ini memberikan wawasan mendalam tentang peristiwa sejarah Indonesia, terutama tragedi 1965, dengan cara yang menyentuh.

》Karakter yang Kompleks: Tokoh-tokohnya dikembangkan dengan baik, mencerminkan konflik batin dan perjalanan emosional yang realistis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline