Lihat ke Halaman Asli

Kupunguti Kisah Januari

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kupunguti kisah Januari  yang jejaknya masih tertinggal di setapak ingatan, agar langit Pebruari akumasih mencium aroma tanah basah yang pernah kita pijak,  tak lekas pergi.

Aku bahagia dan aku harus membahagiakan jiwaku, meski raga ini kerap letih menyusuri lorong waktu yang berliku, gelap, hampa, dan berdebu, berharap sebentar lagi keluar menuju rimba belantara agar tubuhku terbasuh embuh atau bahkan dipeluk hujan.

Tiba lelah tak berujung , kuhentikan langkah kaki kurebahkan di bahu pohon besar dan rindang. Kuhirup nafas dala-dalam agar memenuhi rongga dadaku, aku masih kaya aku masih bahagia, ketika Tuhan masih mengijinkanku melihat langit biru, menghirup udara bebas tanpa batas.

Aku bahagia meski hujan tak luput jatuh dari mataku yang coklat. Terima Kasih Tuhan aku masih menikmati belaian tangan-tangan mungil anak-anakku. Aku masih Kau ijinkan menikmati matahari menguning saat pagi dan menjingga saat senja.

Ampuni aku yang belum khusu' bersujud padaMu ya Rabb. Ampuni aku yang belum thuma' ninah dalam shalatku ya Allah. Ampuni segala dosa-dosa yang melekat di jiwa dan ragaku ya Rabb.

Kupunguti kisah Januari, menata hati dan pikirku, inginku menjadi hambaMu yang taat padaMu ya Rabb. Ku punguti kisa Januari, agar hilang semua luka, sirna semua duka. Saatnya terbangun membuka mata dan telinga, mendekatkan diri padaMu ya Rabbil Izati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline