Lihat ke Halaman Asli

Setetes Embun

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

''Semalam tadi aku tidur lebih awal dari malam-malam sebelumnya,yaa karena rasa lelah yang mendera ragaku terasa semua tuluang tulang mau lepas''

''Berharap tidur lelap dan mimpi indah bersamamu sehingga bangun pagi badanku terasa bugar dan lebih fresh''

''Yaa aku memang terlalu lelap tidur,tapi seperti biasanya sblm mata terpejam pikiranku melayang,anganku berterbangan bagai kunang kunang''

''Terlintas Jingga yang terburu-buru pergi senja tadi,Sunyi membuncah kesemua ruang di hatiku''

''Biasanya dini hari aku terbangun cukup lama menikmati'sunyi dipertigaan malam,tapi td malam tidak aku tidur cukup lama''

''Adzan subhuh membangunkan ku ku hirup udara pagi yang segar dalam-dalam dan menembus jantung dan paru-paruku,embun pagi begitu sejuk''

''Dan aku berharap cintamu padaku sesejuk tetesan embun pagi yang akan membasuh seluruh kepekatan hati ini''

''Aku'berharap setetes embun cintamu mampu membangkitkan kerapuhan jiwaku''

''Semoga sunyi selamanya jadi milik Jingga hingga mata ini terpejam selamanya''

''Aku kan tetap mengharapi tetesan embun cintamu setiap pagi setiap hari di sisa hidupku''

''Saat orang orang bergelimang kemewahan,bagiku kemewahan ku adalah saat kebersamaan kita dalam berbagi segala rasa,dan cintamu adalah kekayaan'bagi jiwaku,keindahan yang membuatku bahagia''

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline