Lihat ke Halaman Asli

Sayangi Bumi

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sewaktu saya jogging di suatu area perumahan di kota saya, rasanya adem sekali. Masih banyak lahan kosong yang berpadang hijau yang belum dibangun rumah. Rasanya kayak berkah, karena memang beberapa hari ini, saya benar-benar gusar dengan cuaca dan iklim yang tidak menentu. Apabila cuaca panas, panasnya sampai ingin menguliti tubuh saya, menyengat sekali. Jika cuaca dingin, hujan, dingin sekali, hujannya juga buat takut. Karena tidak jarang pohon tumbang di jalan diguncang angin.

Bukan hal baru, ini semua dampak pemanasan global. Tapi, masih sebagian masyarakat yang gembar-gembor menyuarakan : Stop Global Warming. Nggak jauh-jauh, teman saya saja masih suka “biasa” tidak mematikan AC di kamarnya. Padahal dia sama sekali tidak sedang di kamar (jika saya kebetulan ada disitu, saya selalu mematikannya). Setiap kali saya tanya, kenapa dia hobi untuk enggak matiin AC kamar, dia selalu menjawab: “Biarin aja mel, biar kalau masuk kamar langsung adem kamarnya.”

Saya yakin bukan hanya teman saya yang begini. Masih banyak teman-teman lain di luar sana, yang sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu atau tidak mau tahu. Jujur saja, saya juga termasuk orang yang tidak mau tahu, tapi semenjak cuaca dan iklim yang benar-benar mengganggu aktivitas saya, dan kenyataan gempa yang selalu terus terjadi di belahan dunia mana pun, membuat saya sadar walaupun dimulai dari hal terkecil sekali pun. Saya percaya sesuatu yang besar datang dari sesuatu atau hal-hal yang kecil. Mulai dari mematikan dan melepaskan kabel alat elektronik dari sakelarnya, jika tidak digunakan, membuang sampah tidak sembarangan lagi, menggunakan kertas tidak seenaknya lagi. Karena saya tahu ini kesadaran itu dimulai dari diri sendiri. Bumi jelas dan pasti semakin menua. Tapi, kita manusia yang tinggal diatasnya yang mempunyai akal budi dan pikiran yang dapat menjadi pahlawan bagi bumi. Hanya kita dengan penuh kesadaran yang dapat menjaga bumi, dan memperlambat penuaan bumi sampai anak cucu kita kelak.

Let’s save our earth!

[caption id="attachment_95022" align="aligncenter" width="410" caption="Padang hijau di perumahan itu"][/caption] [caption id="attachment_95023" align="alignnone" width="445" caption="green way :)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline