Lihat ke Halaman Asli

Hukum Waris dan Praktiknya di Indonesia: Perspektif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Merdeka Pasuruan

Diperbarui: 17 Juli 2024   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Hukum Waris dan Praktiknya di Indonesia: Perspektif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Merdeka Pasuruan
Oleh: [Nama Mahasiswa], Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Merdeka Pasuruan
Hukum waris di Indonesia merupakan salah satu bidang hukum yang kompleks dan sering menimbulkan perdebatan di masyarakat. Sistem hukum waris di Indonesia diatur oleh tiga sistem hukum utama, yaitu hukum adat, hukum Islam, dan hukum perdata. Ketiga sistem hukum ini seringkali berinteraksi dan saling mempengaruhi, menciptakan dinamika tersendiri dalam praktik pembagian waris di Indonesia.
Hukum Waris Adat
Hukum adat masih memegang peran penting dalam pembagian waris di berbagai daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda dalam hal pewarisan, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya setempat. Misalnya, di beberapa daerah di Sumatera, sistem kekerabatan matrilineal (garis ibu) lebih dominan, sehingga harta waris lebih banyak jatuh kepada pihak perempuan. Sebaliknya, di beberapa daerah di Jawa, sistem patrilineal (garis ayah) lebih banyak diterapkan, di mana harta waris cenderung jatuh kepada pihak laki-laki. Keberagaman ini seringkali menimbulkan konflik antar ahli waris ketika adat yang satu berbenturan dengan adat yang lain. Sebagai contoh, dalam keluarga yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain, perbedaan adat dalam pembagian waris bisa menimbulkan sengketa yang memerlukan penyelesaian hukum formal.
Hukum Waris Islam
Hukum waris Islam di Indonesia diatur oleh Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menjadi pedoman bagi umat Islam dalam hal pewarisan. KHI mengatur secara rinci mengenai bagian-bagian yang diterima oleh ahli waris sesuai dengan ketentuan Al-Qur'an dan Hadis. Misalnya, anak laki-laki mendapat bagian dua kali lebih besar dari anak perempuan, dan orang tua dari almarhum juga mendapatkan bagian tertentu dari harta waris. 

Praktik hukum waris Islam di Indonesia seringkali berjalan dengan baik, terutama di kalangan masyarakat yang taat beragama. Namun, tantangan muncul ketika hukum waris Islam harus berhadapan dengan hukum adat atau hukum perdata, terutama dalam kasus-kasus di mana salah satu pihak ahli waris tidak setuju dengan pembagian yang ditentukan oleh KHI. Sengketa semacam ini biasanya diselesaikan melalui Pengadilan Agama, yang memiliki kewenangan untuk menangani kasus-kasus waris bagi umat Islam.
Hukum Waris Perdata
Hukum waris perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang berlaku bagi warga negara Indonesia non-Muslim. KUHPerdata mengatur pembagian waris secara tegas dan rinci, termasuk ketentuan tentang siapa saja yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian yang mereka terima. Salah satu isu yang sering muncul dalam praktik hukum waris perdata adalah adanya wasiat yang bertentangan dengan ketentuan KUHPerdata. Meskipun hukum perdata memberikan kebebasan bagi seseorang untuk membuat wasiat, wasiat tersebut tidak boleh merugikan hak-hak ahli waris yang sah. Jika terjadi sengketa, ahli waris dapat mengajukan gugatan ke pengadilan untuk menuntut hak mereka sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Tantangan dan Penyelesaian Sengketa Waris
Sengketa waris merupakan salah satu jenis sengketa yang paling sering terjadi di Indonesia. Perbedaan sistem hukum yang berlaku, serta perbedaan interpretasi terhadap hukum yang ada, seringkali menjadi sumber utama konflik. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa waris memerlukan pendekatan yang holistik, yang melibatkan mediasi dan arbitrase sebagai alternatif penyelesaian di luar pengadilan.
Hukum waris di Indonesia mencerminkan keberagaman budaya dan sistem hukum yang ada di negeri ini. Meskipun demikian, tantangan dalam praktik pembagian waris tetap ada, terutama ketika harus berhadapan dengan perbedaan adat, keyakinan agama, dan ketentuan hukum perdata. Penyelesaian sengketa waris memerlukan pemahaman yang mendalam dan pendekatan yang bijaksana, agar keadilan dapat ditegakkan dan hak-hak ahli waris dapat terlindungi dengan baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline