Tidak benar. Itu jawabannya. Tidak percaya? Saya buktinya. Setelah sempat khawatir gagal dapat visa untuk menghabiskan waktu liburan di Jerman, akhirnya saya bisa menjawab bahwa semua nada pesimis yang sering saya temukan terkait visa jerman itu salah. Jerman seringkali dinilai sebagai salah satu negara di Benua Eropa yang sulit ditembus untuk mendapat ijin masuk. Sehingga banyak orang akhirnya mengalihkan ke negara lain, Belanda misalnya yang paling popular sebagai pintu masuk ke Eropa.
Sebelumnya, saya sempat parno alias paranoid alias ketakutan tanpa dasar karena banyak sekali tulisan yang menggambarkan betapa sulitnya mendapat visa ke Jerman dan betapa tidak ramahnya para staf Kedubes Jerman di Jakarta. Tapi karena memang tujuan utama liburan saya ke Jerman, tidak mungkin saya mengalihkan visa ke negara lain.
Ternyata, semua bayangan keribetan dan sulitnya mendapat secarik kertas ijin masuk ke Jerman tidak saya temui ketika saya mengurus sendiri. Kedubes Jerman tidak pernah mempersulit siapapun yang ingin berkunjung ke sana, selama memang tujuannya jelas dan ada bukti bahwa kita akan kembali ke Indonesia setelah kunjungan selesai. Beberapa dokumen pendukung yang saya siapkan untuk memperkuat bahwa saya akan kembali tidak dilirik sama sekali. Mereka hanya meminta dokumen utama sebagai berikut :
1. Paspor, dengan masa berlaku minimal 6 bulan dari tanggal keberangkatan
2. Booking tiket. Saya sendiri melampirkan bukti pembelian tiket PP. Tidak diwajibkan membeli memang, tapi karena saya mendapat tiket promo yang murah saya tetapkan hati untuk membeli jauh-jauh hari. Konsekuensinya memang kita akan kehilangan uang jika visa tidak didapat. Tapi, saya super pede akan dapat visa karena memang tujuan saya hanya liburan. Saya membeli tiket 3 bulan sebelum keberangkatan saya di bulan September.
3. Bukti booking hotel. Poin ini yang seringkali salah informasi. Saya membaca di banyak blog, Kedubes Jerman tidak membolehkan untuk memesan penginapan di booking.com atau sejenisnya. Mereka, katanya, mewajibkan ada surat konfirmasi booking dari hotel bersangkutan.
Ternyata oh ternyata, info ini salah total. Saya sendiri memutuskan bertanya langsung ke pihak kedutaan terkait hal ini, dan mereka memberikan respon yang sangat cepat dan padat. "Bisa". Itu jawabannya saat saya bertanya apakah saya bisa memesan hotel di booking.com. Jadi, silakan loh pergunakan website booking.com atau sejenisnya yang memungkinkan kita melakukan pemesanan dengan mudah dan tanpa biaya sepeserpun. Bahkan ketika kita membatalkannya, gratis tanpa biaya.
4. Asuransi perjalanan. Ada banyak provider asuransi yang menyediakan asuransi jenis ini. Karena bepergian ke negara Eropa manapun memerlukan asuransi ini sesuai dengan lamanya kunjungan. Ini untuk memastikan kita tidak merepotkan pihak manapun jika sesuatu terjadi saat kita berada di negara tujuan.
Saya sendiri menggunakan asuransi Smart Traveller Platinum Individual dari AXA. Untuk durasi perjalanan selama 18 hari, saya harus membayar senilai Rp 650.000,-. Harga ini lebih murah karena saya memesannya di situs Cekaja yang saat itu memberikan promo dari total harga seharusnya sebesar USD 61 atau sekitar Rp 790.000,-. Lumayan, saya bisa berhemat.
5. Surat keterangan kerja. Saya sendiri tidak melampirkan slip gaji karena memang tidak ada. Saya hanya melampirkan surat keterangan kerja yang mencantumkan nominal gaji yang saya terima beserta keterangan posisi saya di kantor. Surat ini penting karena menjamin bahwa kita akan kembali setelah perjalanan selesai.
6. Surat rekomendasi bank dan rekening koran 3 bulan terakhir. Rekomendasi bank sebenarnya tidak diperlukan, tapi karena saya khawatir akhirnya saya membuat di bank Mandiri dengan membayar sebesar Rp 100.000,-. Sementara untuk rekening koran perlembarnya sebesar Rp 2.500,-. Pembuatannya tidak lama, sehari langsung jadi.