Kata kebencian sangat umum sekali diketahui oleh semua orang. Kebanyakan orang menganggap kebencian adalah sebuah perilaku negatif yang dipandang buruk dan harus dihindari. Kebencian berkaitan erat dengan tidak suka, maka banyak orang yang merumuskan bahwasanya ketidaksukaan adalah kebencian.
Pengertian Kebencian
Kebencian ini sendiri memiliki banyak pengertian. Terdapat pendapat yang menganggap bahwa kebencian adalah perasaan tidak suka yang dalam dan ekstrim. Singkatnya, kebencian ini adalah tahapan lebih dalam dari emosi tidak suka. Selain itu, terdapat pendapat bahwa kebencian adalah perasaan kebencian, kemarahan, dan permusuhan yang dalam, tahan lama, intens terhadap perorangan, kelompok, atau benda. Dari pendapat ini kebencian tidak hanya tentang sebuah rasa tidak suka yang mudah terlupakan, tetapi sebuah rasa tidak suka yang akan selalu berada dalam pikiran dan terus menerus mempertahankan perasaan tersebut jangka waktu lama. Hal ini didukung oleh Sigmund Freud, seorang psikolog terkenal, bahwa kebencian adalah sebuah keinginan ego yang berharap untuk sumber dari ketidaksukaan dihilangkan atau dihancurkan.
Hakikat Kebencian
Untuk mengetahui adanya hakikat kebencian dapat menggunakan berbagai perspektif sudut pandang. Dalam pembahasan ini akan digunakan tiga perspektif yaitu perspektif natural, psikologi, dan sosial.
Perspektif natural
Manusia sejatinya adalah makhluk hidup sama dengan makhluk hidup ciptaan tuhan lainnya. Bedanya adalah manusia memiliki akal dan watak dasar agresif yang bersifat insting. Manusia secara umum memiliki tujuan hidup yang bahagia, sejahtera, nyaman, dan tentram. Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan yang dicita citakan, manusia secara alami agresif terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, konsekuensi untuk mendapatkan kebahagian tersebut adalah kebencian terhadap objek yang mengganggu tujuannya. Misalnya, sangat wajar seseorang yang paling pintar akan waspada dengan orang lainnya karena orang tersebut benci dan takut jika posisinya akan direbut oleh orang lain.
Perspektif Psikologi
Perspektif ini memandang bahwa suatu kebencian dapat muncul dari pengalaman di masa lalu. Seseorang dapat merasa benci dan trauma ketika mengalami kejadian di masa lalu yang buruk. Misalnya, seorang benci naik bus karena trauma dahulu pernah dicopet di dalam bus.
Perspektif Sosial
Manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa manusia lainnya. Dalam suatu masyarakat muncul suatu struktur sosial masyarakat yang berbeda beda. Struktur sosial masyarakat tersebut dapat memunculkan suatu kebencian. Selain itu juga, kebencian dapat datang dari pengalaman dan pembelajaran sosial. Misalnya, dalam suatu masyarakat terdapat suatu stereotip terhadap orang berkulit hitam. Orang berkulit hitam dianggap sesuatu yang buruk hanya karena penampilan fisik dan perilaku. Dikarenakan hal tersebut, banyak orang yang membenci orang berkulit hitam karena ikut anggapan dalam masyarakat.
Ideologi Kebencian
Dijelaskan dalam buku The Ideology of Hatred karya Niza Yanay bahwa hampir semua konflik yang ada di dunia saat ini berasal dari kebencian. Jika dilihat menurut sejarah, konflik konflik pada masa lalu dilatarbelakangi oleh anti penjajahan, perebutan kekuasaan, dan perjuangan kemerdekaan. Namun, saat ini konflik konflik sosial ini disebabkan oleh kebencian seperti demo masyarakat kepada pemerintah, permusuhan antar instansi, dll.
Terdapat dua jenis kebencian. Kebencian dari pihak tertindas terhadap penindas dan kebencian dari pihak penindas terhadap tertindas. Untuk jenis yang kebencian dari pihak tertindas terhadap penindas ini bersifat logis atau masuk akal. Hal tersebut karena sudah pasti penindas membuat pengalaman buruk sehingga kebencian timbul pada orang yang tertindas. Namun, Untuk kebencian dari penindas terhadap tertindas ini diperlukan sebuah ideologi kebencian. Ideologi kebencian ini adalah sebuah paham bahwa kelompok dia adalah yang sempurna sedangkan diluar kelompoknya adalah berbahaya dan sesat. Solusi untuk masalah kebencian dan ideologinya adalah persahabatan. Dengan menjalin rasa persahabatan, dapat meruntuhkan ideologi kebencian yang buruk terhadap orang lain.
Manusia ketika memiliki kebencian, mereka akan didasari oleh dua faktor yaitu merendahkan objek lain dan ideologi kebencian. Kebencian menuntut seseorang untuk merasa bahwa diri sendiri lebih sempurna dari orang lain sehingga objek dari kebencian akan dianggap yang terburuk. pemahaman ini akan didukung dengan ideologi kebencian. Dampak dari penggabungan dua dasar kebencian tersebut adalah dapat mengurangi rasa simpati dan kehilangan rasa empati. Pembenci tidak dapat merasa iba dan memahami posisi yang dialami oleh objek pembenci.
Penyebab Kebencian
Sumber kebencian pada manusia salah satunya disebabkan oleh automatic thoughts. Automatic thoughts ini adalah sebuah pemikiran dangkal yang ditujukan pada suatu objek secara insting. Orang yang berpikir secara singkat dan simpel akan sangat mudah untuk melalui automatic thoughts sedangkan orang yang kritis dan berpikiran luas akan terhindarkan dari automatic thoughts karena melibatkan berbagai variabel dalam mencapai kesimpulan berpikir. Oleh karena itu, banyak orang yang malas berpikir atau memiliki pemahaman yang dangkal cenderung untuk suka membenci. Misalnya, ketika seseorang menjumpai orang yang bertato maka akan secara otomatis akan berpikir bahwa orang bertato adalah orang berandalan dan jahat sehingga orang bertato harus dijauhi atau dibenci.
Terdapat juga enam gaya berpikir yang dapat memicu lahirnya perspektif rasa kebencian. Gaya berpikir tersebut meliputi.
Over Generalization
Pemikiran yang menganggap bahwa suatu objek dapat mewakili kejadian semuanya. Orang sering menganggap hal kecil itu menjadi kesimpulan akhir. Misalnya, gara gara orang bertato maka dianggap orang jahat. Pemikiran tersebut sangat salah karena orang menghasilkan satu kesimpulan hanya dengan satu variabel padahal untuk mencapai kesimpulan diperlukan variabel variabel lainya.
Read the Thought
Terdapat beberapa orang yang beranggapan dapat membaca pikiran orang lain. Biasanya orang tersebut melihat dari tingkah fisik orang lain dan hal tersebut dijadikan landasan suatu kesimpulan. Misalnya, orang merasa direndahkan karena melihat ada orang yang menertawakanmu. Padahal mungkin saja orang tersebut tertawa tanpa ada rasa merendahkan.
Emotional Reasoning
Emotional reasoning adalah pemikiran yang berasal dari gambaran dari kenyataan. Pemikiran ini bersifat subjektif karena setiap orang memiliki anggapan yang berbeda beda. Kebencian dapat timbul ketika anggapan ini berbeda dengan orang lain. Misalnya, orang suka minum teh manis benci orang yang minum kopi karena pahit. Hanya karena permasalahan anggapan dapat membuat seseorang menjadi benci.
Customization
Anggapan bahwa satu variabel menjadi penyebab lahirnya peristiwa lain. Ini tidak bisa dibenarkan karena suatu kejadian dapat terbentuk dalam variabel penyebab yang banyak. Misalnya, pendapat bahwa semua teroris yang berideologi isis harus dibunuh harus dipertimbangkan ulang mungkin saja dipengaruhi oleh variabel lain seperti terpaksa ikut suami, ekonomi, dan mudah dibohongi. Untuk mengatasi customization diperlukan analisis yang lebih luas.
Maximization/Minimization
Anggapan bahwa satu variabel sangat penting atau sangat tidak penting tanpa memperhatikan kenyataannya. Singkatnya adalah memperbesar masalah sepele atau menyepelekan masalah besar.
Catastrophic Thinking
Melihat bahwa sesuatu yang sangat sepele dianggap sangat luar biasa. Biasanya pemikiran ini dialami oleh orang yang suka panik dan tidak melihat sesuai dengan porsinya. Misalnya, seorang yang merasa sakit biasa lalu merasa akan mati.
Sumber
Buku The Ideology of Hatred: The Psychic Power of Discourse by Niza Yanay