Sejak jauh-jauh hari ormas Muhammadiyah sudah menetapkan tanggal 01 Ramadhan 1443 H jatuh pada hari Sabtu, bertepatan dengan tanggal 02 April 2022 M. Sementara pemerintah dan beberapa ormas yang lain belum menetukan karena menunggu keputusan sidang isbat yang digelar pemerintah.
Di keluarga kami, perbedaan seperti itu sudah biasa. Adakalanya suami istri, atau orang tua dan anak berbeda tergantung keyakinan masing-masing. Namun, beberapa tahun belakangan saya lebih cenderung memilih sesuai keputusan pemerintah, akhirnya saya dan suami bisa sama-sama ketika hari pertama puasa.
Laih halnya dengan saudaraku, beberapa dari mereka lebih menyakini hari sabtu. Namun pasangannya hari Minggu. Sekali lagi, bagi kami itu tidak masalah. Kami saling menghormati.
Ada yang lucu, sejak awal aku begitu yakin kalau tanggal 01 Ramadhan akan jatuh pada hari Sabtu. Anak-anak pun mengira kalau aku akan puasa di hari Sabtu. Kebetulan di hari Jum'at aku ada pekerjaan dan karena macet pulang ketika waktu shalat Isya sudah lewat.
Tiba di rumah, anak kami yang masih berusia 9 dan 12 tahun tidak ada. Rupanya mereka shalat tarawih di masjid. Ketika pulang aku menjelaskan kalau aku dan bapaknya mau puasa di hari Minggu sesuai dengan keputusan pemerintah.
Jawaban mereka membuat kami tersenyum, "Ih, kirain Ibu mau shaum besok, jadi kami shalat tarawih. Kenapa Ibu sama Bapak puasanya hari Minggu, katanya mau hari Sabtu. Padahal kami sudah semangat puasa."
"Nak, enggak ada yang salah mau puasa Sabtu atau Minggu, yang penting keyakinan kita yang mana, yang salah itu kalau seorang muslim yang sudah balig dan sehat tapi tidak shaum. Tidak apa-apa kalau kalian mau puasa besok, nanti Ibu sediakan makan sahurnya."
"Enggak ah, mau bareng-bareng aja."
Di sinilah kesempatan kami untuk menjelaskan mengapa bisa ada perbedaan. Mungkin mereka belum paham sepenuhnya tentang pengambilan metode penentuan awal 01 Ramadhan, tapi kami berusaha menanamkan perbedaan itu hal yang biasa dan kita harus saling menghormati.
Ada pelajaran lain, ketika tarawih teman-temannya memilih masjid yang berbeda alasannya karena di masjid dekat rumah jumlah rakaat shalat tarawih 11 rakaat, sedangkan teman-temannya memilih yang 23 rakaat. Lagi-lagi kami jelaskan, silahkan kalau kalian mau sama-sama dengan teman-teman tapi tarawihnya mau 11 rakaat, nanti pas sudah 8 rakaat kalian pulang, dan shalat witirnya di rumah saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H