Lihat ke Halaman Asli

Guru, Sudah Salah Diprotes Pun Enggan

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kemarin sore seorang siswa les saya bercerita tentang gurunya yang mengajarkan simetri lipat bangun datar persegi ada dua buah. Sekitika saya nyeletuk ngawur, bagaimana ceritanya bangun persegi simetri lipatnya cuma dua, jelas mau dilipat kanan kiri atas bawah juga bisa lah sama sisi ini. Sebenarnya si murid juga sudah mengerti cara menentukan simetri lipat, cuma dia juga bilang sempat protes tetapi kata gurunya cuma 2 buah. Titik.
Fine, berarti ini masalah saudara- saudara! Sudah salah diprotes pun enggan. Murid saya jadinya galau donk, lah dia tahu yang benar tapi kalau jawaban dia empat tetap akan disalahkan oleh gurunya. Mumet nggak tuh?

Pasal 1. Guru tak pernah salah
Pasal 2. Jika guru salah kembalikan lagi ke pasal 1

entah gurauan darimana hal tersebut diatas, namun memang sudah sangat familiar di telinga para pelajar. Tahun lalu kasus serupa pula dihadapi murid les saya terkait penjelasan sang guru yang mengartikan selat dan tanjung terbalik. Jawaban murid saya benar tetapi disalahkan sang guru. Saya meminta si anak untuk berani protes, dalam artian mengajarkan anak untuk berani tetapi sayangnya si anak malah kena omel si guru. Mau tak mau kami meminta tolong orang tuanya langsung yang menghadap ke guru bersangkutan. Bukan apa- apa kesalahan ini fatal loh ! untuk anak setingkat SD penyampaian materi harus jelas dan benar, karena ini dasar. Kacau kan kalau kesalahan terbawa hingga ia megenyam pendidikan tingkat lanjutan.

Ketika saya share pengalaman kemarin ke akun FB, ternyata pengalaman ini juga dirasakan oleh beberapa teman saya, terutama untuk yang mengajar les. Serius deh! fatal banget sih kalau salah materi begini. Masalahnya lagi adalah GURU YANG ANTI KRITIK! terang saja tidak ada edukasi yang diajarkan ke anak. Anak menjadi pribadi yang manut, mau salah mau benar ya telan saja, padahal beban pelajaran anak SD sekarang saja sudah kelewatan sangking banyaknya materi.

Sebenarnya karakter apa sih yang diinginkan terbentuk oleh anak! Sulit sekali menyuruh anak Sd untuk berani mengungkapkan pendapatnya, ya namanya anak- anak dan ketika keberanian muncul bukannya didukung malah disalahkan. Lah jadi gimana pribadi si anak? kalau yang mentalnya rapuh, sudah jangan ditanya dia pasti takkan pernah berani lagi untuk berbicara dengan sang guru.

Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untu mengawasi pendidikan anak di sekolah. Guru tak selamanya benar, guru juga harus legowo kalau salah, jangan anti kritik. peran Penting bagi orang tua mendampingi pembelajaran anak, jangan pakai alasan, ah.. mama kan bodoh matematika, ah papa kan susah bahasa inggris, apa itu IPA... nilai bunda jelek dulu sekolah, IPS ah ayah malessss.....

Kalau semua bilang gitu, buat apa internet semakin canggih, smartphone selalu ditangan, belajar itu nggak harus berhenti. Toh, nggak ada salahnya kita belajar kembali untuk kebaikan anak kita. Perlu satu hal diingat oleh orang tua, kalau bapak/ ibu yang protes yakin deh pasti lebih didengar oleh guru deh! Dan SetIdaknya materi untuk anak menjadi benar, jadi tolong diperhatikan!
(ISL)

Bandung, 29 Mei 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline