Lihat ke Halaman Asli

Imas Masitoh

Guru SD yang baru saja selesai mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 8

Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti Murid

Diperbarui: 26 Desember 2023   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti Murid

Sahabat Kompasiana, kali ini saya belajar di PMM membahas tentang bagaimana mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti murid berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara agar kita dapat memahami tujuan pendidikan nasional untuk melatih dan mendidik kecerdasan budi pekerti murid.

Sebagai pendidik kita tidak cukup mengajarkan kepada murid dari segi kognitif saja, bukan? Afektif dan psikomorik juga merupakan hal yang sangat penting  untuk diajarkan kepada murid.

Murid membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam kehidupannya. Budi pekerti atau watak merupakan hasil dari bersatunya gerak, pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan. Budi pekerti dapat dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (efektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik).

Menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang. Bagian biologis adalah bagian yang berhubungan dengan rasa misalnya takut, cemas, gelisah, putus asa, tidak percaya diri, senang, bahagia, kecewa, sedih dan sebagainya. Di samping itu terdapat juga bagian inteligible yaitu bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif atau berpikir menyerap pengetahuan.

Bagaimana budi pekerti atau watak terbentuk?

Budi pekerti dibentuk oleh lingkungan. Bermula dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang semuanya dapat membentuk pola pikir, sikap, tindakan atau perilaku seseorang. Budi pekerti dibentuk dari keluarga sebagai tempat pendidkan utama bagi anak. Mereka dapat meniru perilaku baik dari orang tuanya. Orang tua hendaklah menuntun, memberikan teladan dan contoh ynag baik. Di sekolah, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan atau warga sekolah lainnya memberikan pengaruh terhadap perilaku anak.  Begitupun dengan lingkungan masyarakat akan membentuk budi pekerti atau watak anak.

Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat utama dan yang paling baik dalam melatih karakter anak atau murid. Keluarga adalah tempat untuk anak atau murid dalam proses untuk menjadi sempurna. Keluarga adalah laboratorium awal dan utama untuk melatih dan menuntun anak agar siap menjalani hidup dalam masyarakat.

Sebagai pendidik tentu kita menemukan berbagai macam watak murid setiap harinya di kelas menemani proses belajarnya, mendampingi tumbuhnya kecerdasan pikirnya dan membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya serta membantu murid mengendalikan dan memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik. Guru sebagai pendidik di sekolah ikut turut serta berperan dalam menumbuhkan kecerdasan budi pekerti dengan memberikan tuntunan dan teladan yang sesuai dengan kebutuhan murid.  Seseorang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan memikirkan, merasakan, mempertimbangkan segala tingkah lakunya agar tidak merugikan orang lain.

Oleh karena itu, sebagai pendidik Kita harus  dapat  membantu murid untuk menumbuhkan kecerdasan emosinya dengan cara sebagai berikut:

  • Melatih keberanian berpendapat (akal)
  • Mengasah perasaan dan perilaku (rasa)
  • Memunculkan kehendak (karsa)

Dengan melakukan hal tersebut di atas diharapkan  mereka mampu untuk merefleksikan dirinya dan mendapatkan pemahaman yang bermakna untuk mengenal dirinya sendiri sehingga murid dapat menjadi manusia atau individu yang merdeka dan berbudi pekerti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline