Lihat ke Halaman Asli

Pelaksanaan Program Internship Dokter yang Membutuhkan Perhatian Lebih

Diperbarui: 9 Februari 2016   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran sepertinya memang menjadi mimpi bagi banyak siswa sekolah menengah atas.  Dilihat dari banyaknya peminat fakultas kedokteran setiap tahunnya yang selalu menyentuh angka ribuan peminat. Tidak heran apabila fakultas kedokteran memiliki tingkat keketatan yang tinggi, sehingga untuk dapat diterima menjadi mahasiswa baru saja sudah dituntut untuk memiliki daya juang dan mental yang kuat untuk bersaing memperebutkan predikat mahasiswa baru di fakultas kedokteran.

Lama pendidikan dokter yang memakan waktu  setidaknya 5,5 – 6 tahun, yang terdiri dari fase pre-klinik, klinik dan internship, ditambah lagi dengan banyaknya materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa kedokteran, rasanya tidak menjadi penghalang untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter, yang selama ini dinilai sebagai pekerjaan mulia oleh banyak orang.  Seperti yang banyak orang ketahui, untuk dapat bersekolah di fakultas kedokteran memang dibutuhkan kemampuan akademis yang melebihi rata-rata, selain itu juga dibutuhkan kemauan yang keras dan mental yang kuat untuk dapat bertahan dan menyelesaikan pendidikan dokter. Setelah lulus, mahasiswa kedokteran akan menyandang predikat dokter, yang dalam pekerjaannya akan berinteraksi langsung dengan pasien. Oleh karena itu, selain kecerdasan akademis dan mental yang kuat, seorang dokter juga perlu untuk memiliki jiwa empati yang tinggi dan jiwa penolong yang besar dalam dirinya.

Terlepas dari kompetensi yang diperlukan oleh seorang dokter, perjalanan yang harus dilalui oleh mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan pendidikan dokternya, untuk menyandang predikat dokter tidak bisa dikatakan mudah. Pasalnya seluruh mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan masa koasnya, harus mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI), yang tujuannya sebagai standar kompetensi dokter di Indonesia. Apabila ada mahasiswa yang tidak lulus dalam ujian ini, ia bisa mengikuti ujian berikutnya yang diadakan setiap tiga bulan sekali dalam setahun. 

 

 

Pelaksanaan Internship

 

Setelah dinyatakan lulus dan menyandang predikat dokter, para dokter muda diwajibkan untuk menjalani program internship selama setahun di rumah sakit  pemerintah yang menjadi mitra dari fakultas kedokteran universitas mereka masing-masing, ada yang wilayahnya tersebar di seluruh nusantara, mulai dari pulau jawa, bahkan di daerah terpencil sekalipun.

Berdasar pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 299/MENKES/PER/II/2010 tentang penyelenggaraan program Internship dan penempatan dokter pasca Internship, Internship adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan kompetisi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.

Hal ini tentu bersifat positif dan diharapkan dapat membantu dokter-dokter muda untuk menambah pengalaman dalam bertatap muka dan berhadapan langsung dengan pasien yang berasal dari berbagai macam latar belakang, dalam rangka meningkatkan pengabdian terhadap masyarakat. Namun, program yang diusung oleh pemerintah ini, rasanya harus dikaji lebih dalam lagi, mengingat fasilitas kesehatan yang masih minim di daerah-daerah terpencil, yang apabila dokter internship tidak dapat menangani keadaannya, sehingga ia harus merujuk pasiennya untuk memperoleh bantuan medis di tempat yang lebih memadai. Ditambah lagi akses yang tidak dapat dilewati dengan mudah dari dan menuju ke tempat terpencil tersebut. Bahkan, diakhir tahun 2015 lalu, dua orang dokter muda yang menjadi korban meninggal dunia karena sakit saat sedang menjalankan tugas. Korban pertama ialah dokter Dionisius Giri Samudra yang meninggal pada 11 November 2015 lalu akibat terserang virus campak. Dokter Andra meninggal dunia karena tak sempat mendapat perawatan yang baik saat sedang sakit di tempatnya bertugas di kota Dobo, kepulauan Aru, Maluku. Pasalnya, dokter muda tersebut baru saja pulang dari Jakarta dan tengah berada dalam perjalanan kembali ke tempatnya bertugas. Dalam perjalanan, ia sudah tampak kurang sehat dan teman-temannya pun menyarankan agar dia kembali ke Jakarta, namun ia menolak dan ingin tetap melanjutkan perjalanan untuk kembali melaksanakan tugasnya di kota Dobo, hingga akhirnya ia langsung dilarikan ke rumah sakit setibanya di Dobo, karena demam tinggi yang dideritanya. Ia pun perlu dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, namun karena kendala transportasi, akhirnya ia tidak dirujuk, hingga akhirnya meninggal dunia.

Korban kedua adalah dokter muda yang juga tengah menjalani masa internship di kota Dobo, kepulauan Aru. Dokter tersebut bernama Afrianda Naufan atau yang lebih kenal Nanda.  Ia meninggal akibat terserang demam dan dehidrasi. Meskipun sempat dievakuasi ke RSUD di Ambon, namun nyawanya tidak terselamatkan karena kondisinya yang terus memburuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline