Lihat ke Halaman Asli

Suara Untuk Bali Nine

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini public dunia sedang sibuk dengan segala persiapan yang dilakukan pemerintah Indonesia terkait eksekusi Bali Nine. Sejujurnya saya tidak begitu mau memberi perhatian dengan berita ini, karena yang namanya hukuman jelas bukan hal yang enak untuk dibahas apalagi kalau itu hukuman mati.

Sebenarnya saya  mau benar-benar menutup mata, berpura-pura tidak tahu. Tapi tidak bisa, apa pun saya tetap ingin bersuara walau mungkin suara saya terlalu kecil untuk. Tapi paling tidak saya berani menyuarakan suara sendiri tanpa tekanan dari pihak mana pun.

Saya tidak kenal dengan salah satu pun dari mereka para personel Bali Nine itu. Tapi saya jelas merasa ikut menjadi pembunuh kalau saya tidak bersuara. Karena bagaimana pun saat mereka sudah dieksekusi atas nama bangsa Indonesia maka secara umum saya yang rakyat Indonesia pun ikut serta menjadi pembunuh.

Baiklah, mereka memang telah melakukan hal yang tidak benar. Menjadi pengedar, merusak masa depan anak-anak Indonesia karena menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mengedarkan barang haram itu. Tapi apakah dengan menghukum mati mereka, narkoba sekaligus berhenti datang ke Indonesia? Atau para pengedar langsung kapok dan berhenti trus cari pekerjaan lain? Gak mungkin juga, segalanya butuh proses. Mungkin akan  tetapi butuh waktu lama.

Sejujurnya saya bukan orang yang cukup cerdas untuk mengeluarkan opini ini. Tapi sebagai bangsa yang mengaku beragama dengan ormas-ormas agama yang paling banyak yang tentunya agama itu mengajarkan untuk memaafkan jelas hukuman ini sudah sangat bertentangan dengan agama tersebut. Katakanlah, bahwa Indonesia adalah Negara hukum tapi hukum itu dibuat orleh manusia bukan?

Bukankan Negara ini berhak untuk mengubah hukuman itu? Seberapa susahkah mengubah undang-undang itu? Ingat saya bukan orang cerdas, dan saya memang tidak tahu dan sedikit menutup mata. Menurut saya banyak hal yang dibuat untyuk menghukum mereka tanpa harus membunuh. Apalah gunanya kita mati-matian mengumpulkan koin, toh saat TKI di Arab hampir dipenggal semua kita juga berreaksi melebihi Australia.

Bulan lalu saya sampai menangis, ketika salah satu sahabatnya saya berucap ;”Kalau semua orang berpikiran sama seperti kamu mau jadi apa Indonesia ini?” Gak ada yang salah dengan pemikiran saya, saya hanya mencoba positif. Bahwa seberat apa pun kesalahan orang mestinya kita bisa memberi ampun, memberi kesempatan buat mereka paling tidak kesempatan hidup walau pun seumur hidup mereka terkurung di penjara.

Banyak kok orang hidup di penjara tapi mereka bisa berkarya. Dan mereka bisa berkarya di detik-detik kematian yang kurahap berubah menjadi detik-detik harapan. Apa memang kita Negara Indonesia ini akan selamanya menjadi pembunuh? Saya tidak mau menjadi pembunuh, karena saya diajarkan oleh Tuhan untuk selalu mengampuni.

Semoga ketika harapan saya itu tidak terwujud yang terwujud adalah harapan pemerintah, doa saya satu-satunya adalah tidak ada lagi Bali Nine yang lain yang harus meregang nyawa di negeri orang hanya karena barang tak berguna itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline