Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 8 Maret 2024   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas pendidikan dan hasil belajar peserta didik, kurikulum harus disusun dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Di Indonesia sendiri, kurikulum telah mengalami berbagai perubahan sejak masa kemerdekaan hingga saat ini. Kurikulum terbaru yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah Kurikulum Merdeka Belajar, atau singkatnya Kurikulum Merdeka, yang diluncurkan pada Februari 2022 sebagai bagian dari program Merdeka Belajar.

Di sini, kita akan akan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Kurikulum Merdeka, seperti pengertian dan latar belakang, karakteristik dan komponen, implementasi dalam pendidikan inklusi, serta manfaat dan tantangan kurikulum ini.

Pengertian dan Latar Belakang Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum Merdeka Belajar adalah kurikulum yang memberikan keleluasaan kepada pendidik dan peserta didik untuk menentukan cara, tujuan, dan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat mereka. Kurikulum Merdeka diluncurkan oleh Kemendikbud pada Februari 2022 sebagai jawaban dari studi Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Sayangnya, dalam 10 hingga 15 tahun terakhir, skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, pendidikan di Indonesia juga diperparah oleh krisis belajar akibat pandemi Covid-19.

Uniknya, kurikulum ini mengacu pada pemikiran pahlawan pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang berpusat pada peserta didik dan mengembangkan potensi mereka secara holistik. Tak hanya itu, Kurikulum Merdeka juga sejalan dengan visi Indonesia Maju yang menekankan pentingnya pendidikan yang merdeka, berkarakter, dan berdaya saing.

Kurikulum Merdeka bersifat opsional, yang artinya sekolah dapat memilih untuk mengadopsi atau tetap menggunakan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013.

Karakteristik Kurikulum Merdeka Belajar
Lalu, apa saja kah yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum lain atau kurikulum sebelumnya? Mari kita bahas karakteristik-karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka yang perlu Anda ketahui.

Fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam.
Pengimplementasian Kurikulum Merdeka mengedepankan pada pengajaran materi esensial, yaitu materi yang penting untuk dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan jenjang dan tahap perkembangannya. Materi esensial juga harus relevan dengan kehidupan nyata dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks. Dengan fokus pada materi esensial, peserta didik dapat memahami konsep secara lebih utuh dan mendalam, serta mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan.

Pengembangan kompetensi dan karakter berdasarkan Pancasila
Siswa akan dilibatkan dalam sebuah projek pengembangan karakter yang dinamakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek ini merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, toleransi, kreativitas, dan kewirausahaan. Dengan belajar melalui projek, peserta didik dapat mengembangkan soft skills dan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila, seperti kemandirian, kerjasama, tanggung jawab, kejujuran, dan sebagainya.

Capaian pembelajaran per fase dan jam pelajaran yang fleksibel
Dengan capaian pembelajaran per fase dan jam pelajaran fleksibel, implementasi Kurikulum Merdeka dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka. Peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan fase capaiannya, tanpa harus terikat dengan jenjang atau usia tertentu. Peserta didik juga dapat menentukan sendiri jam pelajarannya, baik dalam hal jumlah, durasi, maupun jadwalnya.

Memberikan kebebasan pada pendidik untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan
Pendidik diberikan fleksibilitas untuk menyusun kurikulum satuan pendidikan sesuai dengan konteks dan muatan lokal. Pendidik juga mendapatkan dukungan berupa perangkat ajar (buku teks, modul, bahan ajar digital) dan materi pelatihan (webinar, workshop, mentoring) untuk menerapkan kurikulum merdeka.

Mengedepankan gotong royong dalam pengimplementasiannya
Implementasi Kurikulum Merdeka memerlukan kerjasama dan komitmen dari semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, yaitu pendidik, peserta didik, orang tua/wali, masyarakat, dan pemerintah. Gotong royong adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan untuk saling membantu dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan gotong royong, semua pihak dapat berkontribusi secara optimal dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum merdeka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline