Lihat ke Halaman Asli

Imanuel Mahole

Sarjana Hukum

Mengenang sosok Om Jo dan 'Suci'-nya Sumpah Pemuda : Suatu Refleksi dan evaluasi

Diperbarui: 28 Oktober 2020   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah 92 tahun kita sebagai bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda, banyak momentum yang telah dilewati dan pada umumnya keberadaan Sumpah Pemuda menjadi alarm, pijakan evaluasi, bahkan rujukan atas setiap problematika bangsa Indonesia dewasa ini. Namun, nampak tidak lengkap kalau kita tidak mengenal lebih jauh siapakah aktor yang terlibat dalam prosesi Sumpah Pemuda saat itu.

• Siapakah aktor dibalik prosesi Sumpah Pemuda?

Bagi sebagian civitas gerakan saat ini yang berbasis nasionalis, mungkin jarang terdengar nama Dr. Johannes Leimena (Akrab disapa Om Jo). Beliau adalah tokoh nasionalis yang mendasarkan diri pada pergerakan oikumene 1920-an di Hindia Belanda hingga banyak terlibat dalam momentum nasional yang sangat penting.

Lahir pada 6 Maret 1905 dan berlatar belakang pendidikan dokter di STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlansche Artsen), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang masih berada pada masa-masa perjuangan bangsa Indonesia, membuat Om Jo terpanggil sebagai 'pelayan' terhadap persoalan bangsa yang sedang ia hadapi saat itu. Beliau pernah dipercayakan oleh Presiden Soekarno dan Soeharto sebagai menteri paling lama, sekitar 20 tahun tanpa terputus.

Aktivitas Om Jo dalam mengikutsertakan gereja dalam pergerakan oikumene di Hindia Belanda, mengantarkan Om Jo menuju pentas nasional dalam rangka turut terlibat pada gerakan-gerakan nasional. Bergabung dengan Cristelijke Studenten Vereeniging (CSV), cikal-bakal Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Leimena prihatin karena umat Kristen kala itu tidak cukup peduli terhadap nasib bangsa. Pada 1926, ia turut mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung.

Sampai suatu waktu saat Om Jo menjadi menteri dalam kepemimpinan soekarno, soekarno pun berada pada  keadaan di mana 'Pemimpin Besar Revolusi Indonesia' itu sempat menyampaikan bahwa Om Jo adalah mijn dominee (pendeta ku). Ucapan soekarno itu disadari atas sikap dan tindakan Om jo yang sangar ramah, sederhana dan berintergritas. Kesederhanaan Om Jo itulah yang perlu kita ketahui bersama tidak terlepas dari momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

• Bagaimana peranan Om Jo dalam prosesi Sumpah Pemuda?

Bila menyimak ke belakang, spirit dan warna gerakan kepemudaan tidak akan pernah lekan oleh zaman. Sebelum itu, upaya untuk mempersatukan gerakan kepemudaan untuk terlibat terhadap nasib bangsa ini telah dimulai sejak tahun 1926 yang menjadi awal pelaksanaan Kongres Pemuda pertama, maka pada 20 Februari 1927 diadakan pertemuan, namun pertemuan ini belum mencapai hasil yang final. 

Kemudian pada 3 Mei 1928 diadakan pertemuan lagi, dan dilanjutkan pada 12 Agustus 1928. Pada pertemuan terakhir ini dihadiri semua organisasi pemuda dan diputuskan untuk mengadakan Kongres pada bulan Oktober 1928, dengan susunan panitia dengan setiap jabatan dibagi kepada satu organisasi pemuda (tidak ada organisasi yang rangkap jabatan). Ketua panitia adalah Sugondo Djojopuspito dari Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI). Om Jo sebagai wakil Jong Ambon menjadi  Pembantu IV dalam kepanitiaan tersebut.

Namun tidak sampai disitu, nyatanya berlanjut sampai pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kita kenal bersama sebagai hari Sumpah Pemuda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline