Orang bilang sangat manusiawi sekali adanya marah sedih stress dan segala hal yang membuat kita bad mood. Manusia bukanlah robot. Tuhan menciptakan kita dengan kesempurnaan yang mendekati citra Allah. Kalau Tuhan sebagai manusia pernah marah, apalagi kita.
Kehidupan ini tidaklah selalu gembira penuh sukacita. Banyak persoalan hidup yang melingkupi kehidupan manusia normal. Dan itu seringkali mempengaruhi mood kita, dan otomatis pula menghambat segala aktivitas dan kewajiban sehari-hari. Berabe kan?
Nah, bagaimana sih cara mengatasinya?
Penulis bukanlah seorang psikolog yang paham dengan segala teori tentang hati insani. Namun penulis sudah mengalami jatuh bangun bad mood terutama selama masa-masa menuju dewasa.
Penulis sudah hidup mandiri sejak lulus kuliah tahun 1990. Mencoba menantang kehidupan di ibukota Jakarta walau hanya bertahan empat tahun. Segala suka duka selama tiga puluh dua tahun sangatlah kenyang dengan percikan-percikan api di dalam hati.
Ada satu kunci yang pernah saya dapatkan dari seorang pemimpin agama, dalam hal ini Pastor. Beliau berkata,"Manusia tentu punya banyak kelemahan, itu pasti. Siapa tidak pernah marah? Tentu semua pernah marah, walau kadarnya sekecil apapun. Saya berpesan kepada anda semua. Kalau benih-benih amarah itu muncul, coba tahan, tarik nafas panjang, diam lima menit dan berdoa. Setelah itu cobalah merenung lima menit kenapa saya marah. Apa faedahnya saya marah. Apakah dengan marah lantas persoalan selesai? Setelah merenung, silahkan untuk marah"
Begitulah nasehat beliau. Kami semua senyum-senyum malu mendengar ucapan Pastor. Tapi setelah saya renungkan, ada betulnya juga. Tuhan selalu hadir di hati kita. Dia akan menjaga kita. Jadi bolehlah resep itu dicoba. Karena segala yang baik akan berbuah kebaikan pula.
Selamat berefleksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H