Lihat ke Halaman Asli

Imanuel Tri

Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

Ingin Resign? Mintalah Pertimbangan Pasangan

Diperbarui: 12 Maret 2021   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gbr.Republika

Setiap orang memiliki titik jenuh dalam pekerjaan. Kejenuhan bisa disebabkan oleh banyak hal seperti, pendapatan yang tidak berubah, aktivitas kerjaan yang itu-itu saja, jenjang karier yang stagnan, hingga mengalami ketidakcocokan dengan teman sejawat maupun pimpinan.

Saya termasuk orang yang pernah mengalami kejenuhan kerja tingkat tinggi hingga berkeputusan akan resign. Bersyukur, tidak jadi!

Lo, kok bersyukur? Hi hi hi ini jejak di buku harianku:

Diary, 2013

Membuat rancangan kerja itu melelahkan. Namun kalau sudah jadi rancangan dan prospek baik untuk bisa dipraktikkan itu senangnya bukan kepalang.

Sayangnya tidak demikian di dunia pekerjaan saya. Mau tidak mau saya harus selalu tunduk pada aturan yang membelenggu kreativitas ku.

Aku sebenarnya lebih suka bekerja daripada mendiskusikan pekerjaan. Aku juga lebih suka action kerja dari pada sekadar menyusun program dan laporan kerja.  

Hal itu  sepertinya memicu saya masuki titik kejenuhan kerja. Bagaimana tidak! Saya butuh bukti perubahan atas kerja, sementara  lembaga tempat saya bekerja sepertinya lebih suka setumpuk administrasi yang tertata rapi.

Resign! Resign! Ya, Resign!

Tapi, aduh! Istri memberikan pertimbangan tidak usah resign. Nanti, kerja apa? Nanti, kuliah anak-anak bagaimana?

Begitulah keresahan hati seorang istri. Gaungnya tak pudar berhari-hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline