Program makan bergizi gratis sudah diterapkan sejak Senin, (6/1/2025) namun baru di beberapa sekolah di daerah tertentu. Pemerataan program di semua sekolah akan terjadi seiring dengan berjalannya waktu.
Di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), seperti diberitakan media lokal victorynews.id, makan bergizi gratis cuma terlaksana di 1 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yakni di kabupaten Kupang. Sebanyak 748 titik SPPG lainnya yang tersebar di 21 kabupaten/kota belum melaksanakan program ini.
Jumlah peserta didik aktif di semua jenjang pendidikan di NTT menurut update terkini data.kemendikbud.go.id adalah 1.528.867. Sebagian dari peserta didik tersebut berasal dari keluarga miskin atau mengalami persoalan gizi seperti stunting.
Data Badan Pusat Statistik NTT dalam ntt.bps.go.id menunjukan pada Maret 2024 kemiskinan di propinsi ini sebesar 19,48% atau 1,13 juta orang. Prevalensi stunting di NTT pada tahun 2023 sebesar 37,9%, tertinggi di Indonesia.
Hadirnya program makan bergizi gratis diharapkan dapat memberi asupan gizi yang cukup bagi anak-anak sekolah khususnya di NTT. Asupan gizi yang cukup akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki sumber daya manusia mumpuni.
Meskipun demikian, makan bergizi gratis hanya sehari sekali dengan porsi 10 ribu rupiah. Seonggok nasi, sayur secukupnya, sepotong daging dan buah.
Makan bergizi gratis sebelumnya disebut makan siang gratis. Makan bergizi gratis ini hanya berupa makan siang sedangkan makan pagi dan malam anak-anak makan di rumah mereka.
Bagi anak-anak dari keluarga miskin, makan bergizi bisa jadi hanya makan siang di sekolah. Makan pagi dan makan malam. hanya apa adanya. Tidak perlu makan bergizi asalkan bisa kenyang dan tidak mati kelaparan.
Makan apa adanya seperti makan cuma nasi dengan sambal tanpa sayur atau lauk. Beberapa anak kadang hanya makan nasi dengan campuran teh atau kopi instan.
Kita biasanya makan tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam. Apakah dengan hanya makan bergizi sehari sekali pada siang hari akan mencukupkan kebutuhan gizi anak-anak?