Lihat ke Halaman Asli

Imanuel Lopis

TERVERIFIKASI

Petani

Dari Toko Kelontong dan Pasar Inpres Beralih ke Swalayan

Diperbarui: 9 Agustus 2023   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret pertokoan di sisi jalan Diponegoro Kota Soe, NTT. Gambar: tangkapan layar ponsel dari Google Street View.

Kota Soe ibu kotanya Kabupaten Timor Tengah Selatan di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berjarak 110 Km dari Kota Kupang yang merupakan ibu kota propinsi.

Jumlah penduduk di Kota Soe menurut data agregat penduduk 2022 pada papan informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah 40.146 jiwa. Sementara secara keseluruhan penduduk di kabupaten ini adalah 471.010 jiwa.

Di wilayah Kota Soe terbentang jalan raya trans Timor sepanjang 7 Km lebih. Berbagai tempat usaha seperti toko ada di sisi kiri dan kanan sepanjang jalan. Ada toko yang berdiri sendiri dan ada yang berjejeran dengan toko-toko lain.

Dua toko legendaris yang ada di Kota Soe ini adalah Toko Mubatar dan Toko UD Wijaya. Sejak saya masih bocah pada tahun 90an, toko ini sudah populer di masyarakat. Tidak hanya melayani warga di Kota Soe namun di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Kedua toko saling berhadapan di komplek pertokoan di Jalan Diponegoro, hanya terpisah jalan raya. Toko Mubatar dan Toko Wijaya merupakan toko kelontong yang konvensional.

Toko-toko ini berupa ruko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Ukuran toko tidak terlalu luas dengan etalese-etalase kaca yang penuh dengan dagangan. Ruang atau akses jalan di antara deretan etalase tersebut.  

Toko konvensional tersebut memiliki beberapa pelayan toko dengan pakaian biasa. Saat berbelanja, para pelayan yang mengambilkan barang dan kemudian pembeli membayar ke kasir yang merupakan bos toko.

Saya sering juga berbelanja di kedua toko kelontong ini, membeli onderdil mesin perkakas dan jaring ikan. Suatu kali saat berbelanja, sang kasir harusnya memberikan kembalian Rp 1.000 namun justru kembaliannya berupa beberapa bungkus permen kecil.

Sejak beberapa tahun lalu di komplek pertokoan ini kemudian berdirilah dua swalayan besar yaitu Wijaya Swalayan dan Mubatar Swalayan. Wijaya Swalayan berdampingan dengan Toko Mubatar sedangkan Mubatar Swalayan hanya berjarak dua toko dari Toko Wijaya di sebelahnya.      

Dua swalayan dengan nama yang sama dengan dua toko tersebut ini ibarat transformasi dua toko konvensional menjadi toko modern. Pemilik toko dan swalayan pasti orang yang sama atau masih satu keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline