Lihat ke Halaman Asli

Imanuel Lopis

TERVERIFIKASI

Petani

Narasi-Narasi Pembawa Stunting di Timor Tengah Selatan

Diperbarui: 20 Januari 2023   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi sepiring nasi tanpa sayur atau lauk. Foto: dokumentasi Imanuel Lopis

Bupati Timor Tengah Selatan Epy Tahun dalam iklan layanan masyarakat di radio pemerintah daerah 97,1 FM tentang penangan stunting mengatakan bahwa menurut data bulan Agustus 2022 ada 11.998 anak mengalami stunting atau 29,2% dari 41.069 anak. Sementara menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Timor Tengah Selatan sebesar 48,3%. 

Timor Tengah Selatan pun menempati peringkat pertama sebagai daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di NTT bahkan Indonesia, seperti dalam siaran BKKBN di bkkbn.go.id. Masalah stunting ini sampai membuat Jokowi berkunjung ke Timor Tengah Selatan pada tahun lalu.

Mengapa angka stunting di kabupaten ini sangat tinggi? Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan makanan bergizi pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak. Mengapa mereka itu kurang makan makanan bergizi? Dalam refleksi saya berdasarkan pengalaman hidup sebagai orang kampung di Timor Tengah Selatan, kurangnya asupan gizi tersebut berkaitan juga dengan narasi-narasi yang beredar di tengah masyarakat tentang makanan bergizi.

Beberapa narasi yang berkaitan dengan kekurangan makanan bergizi tersebut sebagai berikut.

Pertama, ibu hamil yang makan makanan bergizi akan kesulitan saat melahirkan. Sebagian masyarakat di kampung meyakini bahwa ibu hamil yang makan makanan bergizi, anak dalam kandungan akan tumbuh sangat besar sehingga sulit saat melahirkan. Ketika persalinan tidak lancar, salah satu jalan keluarnya adalah operasi cesar untuk mengeluarkan bayi. Operasi cesar ini menjadi momok yang menakutkan bagi ibu hamil dan keluarganya.

Saat seorang ibu mulai hamil, keluarga atau orang sekitarnya memperingatkannya untuk tidak banyak makan makanan bergizi, "Kalau makan, jangan makan makanan yang enak (bergizi) nanti anak terlalu besar jadi susah melahirkan. Mau operasi? ". Narasinya kurang lebih demikian dan karena takut dengan operasi cesar, si ibu hamil pun makan dengan asupan gizi yang kurang hingga berdampak pada pertumbuhan bayi dalam kandungan.  

Kedua, makan jagung bose supaya air susu banyak. Salah satu narasi untuk ibu baru melahirkan seperti demikian. Saat seorang ibu baru melahirkan, keluarga langsung membuatkannya masakan jagung bose (jagung tumbuk). Kerabat yang menjenguk ibu melahirkan pun kadang membawa jagung bose.

Memasak jagung bose untuk ibu melahirkan pun tanpa campuran bahan makanan lain seperti biasanya namun hanya jagung bose sendiri. Masakan jagung bose katanya dapat meningkatkan air susu ibu (ASI). Mereka mungkin mengira kuah masakan jagung bose yang berwarna keruh mirip ASI akan langsung menuju payudara sebagai air susu.

Jagung bose merupakan  makanan juga namun sayangnya jika hanya masakan jagung itu yang menjadi asupan si ibu yang baru melahirkan, tidak ada campuran sayuran daun atau buah seperti biasanya. Padahal ibu yang baru melahirkan membutuhkan makanan-makanan bergizi lain juga untuk dirinya dan bayi yang baru lahir.

Ketiga, makan yang banyak supaya cepat besar. Para orang tua sering memberi makanan bagi anaknya dalam porsi besar, katanya, "Makan banyak supaya cepat besar". Orang tua senang kalau anaknya makan makanan dengan porsi banyak. Sayangnya makanan porsi besar kepada anak kebanyakan hanya nasi/bubur yang mengandung karbohidrat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline