Seiring berkembangnya budaya minum kopi di indonesia beberapa tahun belakangan, menyebabkan semakin banyak hadirnya kedai-kedai kopi dan jumlah ampas kopi juga meningkat. Biasanya ampas kopi tersebut hanya dibuang begitu saja pemilik atau pekerja di kedai kopi tersebut, padahal ampas kopi bisa diolah sebagai pupuk organik yang memiliki kualitas yang baik. Salah satu cara yang di gunakan untuk mengolah ampas kopi adalah dengan menggunakan metode vermicomposting.
Ampas kopi memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman namun nutrisi tersebut masih harus di urai sehingga bisa diserap oleh tanaman. Zat yang terkandung dalam ampas kopi adalah :
pH
6,9-6,2
Nitrogen
2,28%
Fosfor
0,06%
Kalium
0,6%
Ampas kopi kaya akan kandungan Carbon dan nitrogen yang bagus untuk membantu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu sayang sekali jika ampas kopi tidak dimanfaatkan lebih lanjut.
Vermicomposting adalah proses pembuatan kompos yang menggunakan cacing sebagai pengurai. Dalam metode ini cacing merupakan dekomposer untuk mempercepat proses penguraian ampas kopi dan material organik lainnya, sehigga bisa digunakan sebagai pupuk. Jenis cacing yang bisa dingunakan dalam vermicomposting antara lain: eisenia foetida atau lumbricus rubellis. Proses vermicomposting lebih cepat mengurai ampas kopi di bandingkan dengan metode tradisional karna ampas kopi di cerna oleh cacing yang gunakan dalam proses tersebut.
Untuk membuat sebuah sistem vermicoposting di perlukan beberapa hal:
- Wadah: bisa berupa kotak plastik yang berukuran menimal 30cm x 30cm ( semakin lebar semakin baik karna bisa menampung ampas kopi yang cukup banyak ) atau kotak dari berbahan kayu. Wadah tersebut memiliki tutup yang tidak kedap udara agar tidak ada hama penganggu seperti tikus.
- Material ornganik yang dibutukan cacing sebagai tempat tinggal dan bahan makanan, dalam hal ini kita mengunakan ampas kopi yang di campur dengan kotoran sapi dengan perbandingan 4:1 ( 4 wadah ampas kopi dengan wadah kotoran sapi ).
- Cacing: jenis cacing yang biasa dipakai adalah eisenia foetida atau lumbricus rubellis
- Tempat untuk menaruh wadah cacing. Usahankan tidak terkena sinar matahari secara langsung dan air hujan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H