Lihat ke Halaman Asli

Imansyah Rukka

Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta

Petani di Sulsel Belum Diakomodir

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_144081" align="aligncenter" width="597" caption="Petani Di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kab. Bantaeng Sulsel, meski hujan telah turun dan mereka mulai menanam jagung, namun hal tersebut belum bisa membantu menyelesaikan berbagai persoalan dalam usaha taninya seperti bantuan benih dan modal (Imansyah Rukka)"][/caption] [caption id="attachment_144082" align="aligncenter" width="601" caption="Daeng Sukki (67) seorang wanita tani, demi kelangsungan hidup dan kebutuhan anaknya yang saat ini bersekolah di perguruan tinggi, terpaksa harus bekerja keras meski sentuhan bantuan dari pemerintah tak pernah ia rasakan (imansyah rukka)"][/caption]

Hujan yang turun dalam beberapa hari ini di sejumlah kabupaten di Sulsel disambut baik oleh sebagian besar petani yang umumnya akan memulai aktifitas penanaman di awal musim hujan. Seperti halnya para petani jagung yang berada di Desa Bontodaeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng sangat bersyukur menyambut turunnya hujan di Desanya karena mereka telah lama mempersiapkan lahan garapannya yang akan mereka gunakan untuk budidaya jagung. Meski begitu sebagian besar para petani yang ada di Desa ini mengaku bahwa hujan yang turun awal dari musim kemarau panjang namun bukan berarti mereka lepas dari berbagai kesulitan yang selama ini selalu mendera dalam usaha bercocok tanam.

Daeng Raba (63) salah seorang petani jagung yang juga salah seorang ketua kelompok tani Di Desa Bonto Tanga akui bahwa hujan yang turun beberapa hari di wilayahnya adalah langkah awal untuk segera mulai melakukan penanaman jagung dengan sistem tegalan di areal lahannya seluas 1 hektar. “Saya sangat bersyukur hujan sudah turun di Desa ini, dan inilah awal dari kami mulai bertanam lagi setelah sekian lama menunggu kemarau panjang”. Ungkap Raba

Ia melanjutkan, setiap tahun atau awal musim hujan biasanya kami disini dapat bantuan benih jagung dari pemerintah namun saat ini bantuan itu tidak kami dapatkan, malah saya dengar di desa lain ada yang dapat bantuan benih jagung tetapi kami disini tidak”. Ungkap Raba

[caption id="attachment_144083" align="aligncenter" width="473" caption="Potensi lahan di Kecamatan Ulu Ere Kab.Bantaeng sangat subur untuk meningkatkan produktifitas pertanian khususnya palawija dan hortiklutura, namun sayangnya peran petani di daerah ini belum diakomodir sebagai subjek dalam peningkatan sektor pertanian (imansyah rukka)"][/caption] [caption id="attachment_144084" align="aligncenter" width="470" caption="Daeng Raba (66) seorang petani jagung di Desa Bontotanga Kec.Ulu Ere Kab. Bantaeng mengaku bantuan benih jagung dimusim tanam ini tidak kunjung turun dari pemerintah padahal iua sangat membutuhkan untuk membantu kelangsungan usaha taninya (imansyah rukka)"][/caption] Permasalahan klasik yang tengah dihadapi oleh sebagian besar petani ini kerap kali terjadi di sejumlah Desa di Kabupaten Bantaeng. Ketika petani sangat membutuhkan sarana produksi untuk penanaman seperti benih, pupuk dan modal, biasanya mereka kesulitan dalam mengakses kebutuhan tersebut. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian setempat seakan tak bergeming untuk segera mengakomodir kebutuhan petani tersebut. Meski pihak Dinas Pertanian setempat telah mendata semua kebutuhan petani melalui kelompok tani dengan mengisi form Rencana Definitf Kebutuhan Kelompok (RDKK), namun tetap saja petani tetap berada dalam posisi yang lemah.

Terkait hal tersebut, Ketua Kelompok Tani Bukit Sapa Bintoeng bernama Sampara (50) juga mengakui bahwa “Saya sebagai ketua kelompok tani sudah pernah mengisi semua kebutuhan anggota kelompk tani saya dengan mengisi Rencana Definitif Kerja Kelompok (RDKK) dan telah diserahkan ke petugas penyuluh, namun belum ada respon hingga saat ini”, padahal anggota petani sudah sangat membutuhkan”. Ungkap Sampara

Seperti diberitakan, bahwa sebagian besar petani sangat membutuhkan bantuan benih jagung untuk memulai aktifitas usaha taninya dengan begitu kelangsungan hidup para petani bisa terpenuhi. Namun fakta dilapangan, kebanyakan benih tersebut para petani terpaksa membeli sendiri karena benih yang selama ini ditunggu tak kunjung tiba. Jika dihitung melalui analisa usaha tani budidaya jagung yang geluti oleh seorang petani seperti Muh. Yusuf, benih jagung BISI 2 saja harganya Rp. 40.000 per kg, sedangkan kebutuhan per hektarnya adalah sekitar 20 kg. Jadi biaya total untuk kebutuhan benih adalah 800.000 ribu rupiah. Belum lagi dengan kebutuhan pupuk urea sekitar 150 sampai 200 kg/ha, SP36= 75 sampai 100 kg/ha, harga yang dikeluarkan petani dari biaya ini adalah sekitar

Meski begitu, pada saat petani melakukan panen jagungnya, keuntungan yang diperoleh sangatlah minim. Contoh yang dialami Muh. Yusuf, setiap tahun selesai panen jagung ia hanya mendapatkan untung kotor sekitar 400 ribu rupiah, dan itu belum dibagi dengan jumlah orang tenaga kerja yang membantunya dalam budi daya. Penghasilan yang sangat minim dan jauh dari standar hidup layak.

Mengenai bantuan modal yang pernah dijanjikan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga saat ini masih belum dirasakan oleh para petani di Kabupaten Bantaeng. Salah seorang petani yakni Pudding (35) yang ditemui ketika ditanya soal KUR ini mereka menjawab “saya tidak pernah tahu soal kredit itu, barangkali petugas PPL yang tahu soal itu dan belum memberikan informasi itu kepada kami”. Ujarnya

Ia menambahkan, jika saja kami sebagai petani kecil dibantu pembinaan dan pendampingan termasuk modal saya kira usaha tani yang kami jalankan bisa berkembang, apalagi kami dibantu untuk modal untuk budi daya bawang merah, luar biasa keuntungannya apalagi wilayah ini sangat cocok dengan komoditas bawang merah”, tapi sayangnya modal sulit kami dapatkan, terpaksa kita menanam seadanya saja yang penting masih bisa menghasilkan walaupun untungnya sedikit dan bisa untuk makan sehari-hari”. Ungkap Pudding.

Mencermati fakta tersebut, petani sangat membutuhkan pendampingan berupa pembinaan dalam hal akses : informasi, budi daya, modal, pasar, perdagangan yang adil dan sebagainya. Rancangan Undang-undang Pelindungan dan Pemberdayaan Petani (RUU) yang saat ini tengah direvisi di DPR harusnya memberikan ruang bagi petani bagaimana agar mereka bisa lebih diberdayakan dalam segala akses sumberdaya yang dibutuhkan dalam kelangsungan usaha taninya. Dengan begitu, keberhasilan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan produktifitas yang selama ini belum dikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani, di dalam muatan RUU itu harus benar-benar mengakomodir permasalahan tersebut sehingga tingkat kesejahteraan petani kecil bisa meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline