Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Laki-laki di Sudut Taman

Diperbarui: 1 Mei 2016   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Taman Bunga Ranu Regulo

Duduk saja di sudut taman ini sampai hari berganti-ganti
Sampai musim mengubah warna bunga
Kupu kupu yang datang dan pergi bercumbu dengan hidup
Dan mati yang tak dimengerti ujung sebabnya

Jangan dikira mawar merona sepanjang waktu
Ada hari-hari sendu yang meratapi cinta
Mengalir bercecabang sungai kesedihan di sela-sela
Rerumputan dan papan peringatan dan pasal-pasal
Dan suatu hari dia berpagutan dengan Si Burung *) itu
Sampai sia-sia menjemputnya

Kalau sore ini ada yang berkelahi hanya si buta
Yang mengira bajunya lebih indah dari warna daun dan
Reklame di sudut jalan yang senantiasa menawarkan
Gula-gula bertangkai ujung belati
Dan mereka akan tahu betapa pahitnya tanpa pengetahuan dan
Kesabaran mengantar matahari di ujung cakrawala

Subuhmu berapa sujud bersama embun dan rumput-rumput
Yang tak bersyarat bertafakur **) saling
Bersalam-salam dalam rindu dan pengharapan
Memetik Cahaya yang membuat indah taman ini
Jauh melampaui gebyar kembang api yang meletup dalam hatimu

Lihatlah gadis yang termangu di ujung lain taman ini
Matanya bercahaya, wajahnya merona menyimpan
Sayatan sembilu jejak-jejak masa lalu
Melemparkannya untuk menghibur kunang-kunang
Setelah pesta tarian kelam tujuh hari tujuh malam
Ia mengumpat di sekujur aliran darahnya
“Aku benci pangeran berkuda” ***)

Duduk saja di sudut taman ini
Aku
MenungguMu

Akan datangkah kau?

Semacam kutipan:
*) Impresi Burung Bulbul dan Bunga Mawar Oscar Wilde
**) Sugesti Wirid Menjelang Fajar Emha Ainun Najib
***) Respon cerpen Marta Khalil Gibran

Puisi ini saya copas dari dinding fb saya.

Djoglo Pandanlandung Malang
2016
iman.suwongso@yahoo.co.id




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline