Aku memang picik, jika tidak ada abu-abu diantara kita dan semua orang. Setidaknya, aku berusaha jujur ternyata memang aku masih picik seperti yang dikatakan orang-orang. Tapi tak jadi masalah, karena aku jujur. Apalah kepicikan itu berarti jika dinilai oleh orang-orang yang selalu merasa benar dengan dalih dalil-dalil mereka. Apakah kepicikan bermakna, jika harus menuruti paradigma global dan serba ultranasional, sedangkan aku hanya berkutat mengurusi kesalahan dan kelemahan diriku dan tak pernah habis-habisnya. Lalu, perlukan kepicikan itu direnggut agar bisa menjadikan dunia adalah segalanya?
Kamu memang tidak picik, tapi licik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H