Lihat ke Halaman Asli

Buta

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12941994821183158582

[caption id="attachment_83131" align="alignleft" width="300" caption="sumber gambar: google.com"][/caption] Kutiti ladang tempat bola mata menari Hingga luna purnama terdiam Sampai dua puluh tiga prominensa meredam Kupungut coklat kornea yang tergeletak tak bertuan Membasuhnya dengan air sungai tenang lalu kusimpan di saku-ku untuk kuhadiahkan :Padamu Kujejak hamparan lensa-lensa terindah Dari subuh yang masih basah Hingga hitungan hari yang tak lagi memiliki nama "matamu indah, sungguh' apa yang membuatku bergumam? *** "apa yang kau sembunyikan dibelakang tanganmu?' "sepasang kornea coklat, dan dua keping lensa biasa' hipnotis apa yg membuatku membuka hadiah2 yg kugenggam.. ... dan, kau menyihirku dengan bulir bulir bening :'andai bisa kutatap warnamu, andai mampu!'




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline