Stoisisme merupakan aliran filsafat Yunani Kuno yang dihadirkan oleh kaum Stoa. Mereka menelaah kebahagiaan mereka dengan membagi faktor kebahagiaan menjadi dua, yaitu faktor yang ada dibawah kendali kita sebagai manusia dan faktor lain yang di luar kendali kita.
Menurut Henry Manampiring dalam bukunya yang berjudul Filosofi Teras , mereka memusatkan perhatian pada kebahagiaan yang hanya bisa dikendalikan oleh diri sendiri,di luar itu mereka mengikuti jalan takdir.
Baca juga :Self Reward ala Stoisisme
Anjuran pepatah "Saat memanah, arahkan mata panahmu menuju sasaran utama namun jangan berharap dia akan menancap tepat di sasaran utama" adalah contoh real konsep stoisisme yang membingungkan banyak orang.
Penjelasan dari pepatah itu adalah kita tidak bisa mengharapkan panah itu tepat menancap di tengah karena ada faktor lain yang mempengaruhi jalannya si mata panah, entah itu arah angin, atau gangguan lainnya.
Baca juga : Menghadapi Ghosting dengan Stoisisme
Sama seperti harapan yang seringkali tidak sesuai dengan target awal kita. Ada banyak faktor dari luar yang mempengaruhinya, dan kita tidak perlu menjadi kecewa karena itu semua sebab memang tercapainya ekspektasi tak serta merta ada di bawah kendali kita. Dengan begitu kita seperti orang yang selalu berpikir "nothing to lose". (Ikhlas dengan apapun hasil dari usaha yang telah dilakukan).
Baca juga : Kutipan Bijak dari Filsuf Stoisisme, Cocok untuk Refleksi Diri
Dan justru pemikiran seperti itulah yang akan membuat kita merasa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H