Lihat ke Halaman Asli

Iman Agung Silalahi

Pembelajar hidup sehat holistik

Nasi, Kawan Dekat atau Musuh Dalam Selimut?

Diperbarui: 12 Juli 2021   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasi merah campur nasi putih

Halo teman semua dan khususnya sesama diabetesi yang berbahagia. Salam sehat selalu.

Dulu saya tidak dapat makan tanpa nasi. Masih lapar kalau perut belum diisi nasi. Lauk-pauk tak mempunyai arti kalau tak ada nasi yang tersaji.

Tapi sejak menjadi seorang diabetesi, saya menghindari makan nasi. Walaupun perut protes dan terus berbunyi, saya coba bertahan untuk tak perduli.

Kenapa nasi yang enak diemut, tapi disebut musuh dalam selimut? Kenapa dulu bagai gula yang mengundang semut, tapi sekarang bagai racun yang mendatangkan maut?

Nasi bukan lagi kawan saya. Dia sudah jadi lawan saya. Kalau kamu mau tahu apa sebabnya, silakan pelan-pelan baca tulisan saya.

Tapi sekarang ada dua pertanyaan untuk kamu semua. Coba kamu berikan jawaban singkat saja. Pertanyaannya sangat mudah. Tolong dijawab apa adanya.

Dalam skala 1-10, di mana 1 adalah sangat sedikit atau sangat kecil dan 10 adalah sangat banyak atau sangat besar, pada angka berapa dari skala di mana jawabanmu itu akan berada?

Pertama, seberapa besar rasa sukamu pada nasi? Kedua, seberapa penting nasi itu harus tersaji? Silakan jawab sejujurnya dalam hati. Jawabanmu itu untuk kamu seorang diri.

= = =

Sebenarnya berbicara tentang nasi adalah berbicara tentang energi. Karena karbohidrat dalam nasi merupakan nutrisi yang mengandung banyak kalori.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline