Lihat ke Halaman Asli

Iman Agung Silalahi

Pembelajar hidup sehat holistik

Lansia dengan Diabetes, Usia Boleh Saja Tua, tapi Sikap Tetap Optimistis! Bagaimana Mungkin?

Diperbarui: 16 Juli 2021   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lansia dengan DM semakin meningkat (Dok. Riskesdas)

Halo sahabat dan kerabat, khususnya sesama diabetesi yang bersemangat. Salam hebat dan juga salam sehat!

Kali ini saya mau menulis tentang lansia. Bukan karena para lansia adalah orang-orang dengan rentang umur yang istimewa. Bukan juga karena seorang lansia adalah seseorang yang hidup dengan tenaga yang masih tersisa. Saya menulis tentang lansia karena kamu dan saya dapat menjadi seorang lansia yang luar biasa. Waouw...!

Kalau begitu, ada apa dengan lansia sehingga saya ingin menulis tentang lansia? Kenapa lansia pada judul tulisan saya ini dihubungkan dengan diabetes? Bagaimana mungkin seorang lansia dengan diabetes bisa bersikap optimis? Kalau kamu mau tahu, silakan teruskan membaca tulisan saya ini sampai ke titik penghabisan. Oke?

Siapakah lansia? WHO (World Health Organization) mengklasifikasikan seorang lansia (elderly) dalam kelompok umur di atas 60 tahun. Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pun menjelaskan hal yang sama bahwa yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Berapa banyak penduduk lansia di Indonesia? Hasil Sensus Penduduk Indonesia yang dilakukan pada tahun 2020 yang lalu, menurut data BPS, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 270.203.917 jiwa. Dari jumlah itu, hampir 10% (26.841.922 jiwa) adalah lansia atau yang berumur di atas 60 tahun. Hmmm....

Dilansir dari geriatri.id, berdasarkan survei yang dilakukan sebelum sensus penduduk 2020, BPS memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2045 akan mencapai 318,96 juta jiwa. Dari jumlah itu, hampir 20% (63,71 jiwa) adalah lansia. Artinya, porsi lansia dalam total penduduk Indonesia akan meningkat hampir dua kali lipat, dari 10% pada tahun 2020 menjadi hampir 20% pada tahun 2045. Waouw....ck...ck...ck...! Luar biasa peningkatan jumlah lansia ini. Ini adalah hal pertama yang ingin saya sampaikan kepada kamu. Lalu?

Hal kedua yang ingin saya sampaikan kepada kamu adalah bahwa pertambahan umur merupakan salah satu faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Oh ya? Iya, tentu saja! Silakan lihat keterangan dan data berikut ini.

Dilansir dari pusdatin.kemkes.go.id, faktor-faktor risiko diabetes melitus tipe 2 adalah sbb:

  1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yakni: ras, umur, etnik, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat melahirkan bayi > 4.000 gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR atau < 2.500 gram).
  2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori), kondisi prediabetes yang ditandai dengan toleransi glukosa terganggu (TGT 140-199 mg/dL) atau gula darah puasa terganggu (GDPT < 140 mg/dL), dan merokok.

Data dari Pusdatin Kemenkes RI juga menunjukkan bahwa angka prevalensi diabetes melitus tipe 2 dari tahun 2013-2018 terlihat sangat meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun.

Jika melihat angka prevalensi diabetes pada kelompok umur 65-74 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas, maka jumlah prevalensi diabetes pada dua kelompok umur tersebut mengalami peningkatan dari 7,0% (2013) menjadi 9,3% (2018). Angka ini baru menunjukkan prevalensi diabetes pada semua lansia yang berusia 65 tahun ke atas, belum termasuk pada lansia yang berusia 60-64 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline