Lihat ke Halaman Asli

Iman Agung Silalahi

Pembelajar hidup sehat holistik

Keunikan dan Kesemarakan Tradisi Sahur yang Satu Ini, Apa Itu?

Diperbarui: 1 Mei 2021   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Beberapa hari lalu saat aku menikmati jalan kaki pagiku, aku melihat sekelompok anak-anak dalam kisaran usia 6-10 tahun menyalakan petasan. Lalu aku teringat pada masa kecilku dulu, sekitar setengah abad yang lalu.

Aku sebut setengah abad yang lalu supaya terkesan bahwa peristiwa itu sudah lama sekali terjadi, padahal sebenarnya itu baru terjadi sekitar 50 tahun yang lalu. Apakah bagimu, itu sudah lama? Atau masih baru? Ah, entahlah. Akut tidak tahu. Tapi apapun itu, apakah peristiwa itu sudah lama atau masih baru, terserah padamu sajalah. Yang penting, peristiwa itu masih tersimpan rapih dalam ingatanku.

Ya, aku ingat bahwa menyalakan petasan setelah sahur, dan juga setelah berbuka puasa atau setelah shalat tarawih, adalah hal yang biasa terjadi selama bulan Ramadan pada masa kecilku dulu. Apakah menyalakan petasan itu sebuah kebiasaan saja atau sudah menjadi sebuah tradisi di negeri kita ini? Aku tidak tahu pasti. Yang aku tahu, menyalakan petasan pada bulan puasa bukanlah tradisi Islam. Menyalakan petasan adalah tradisi dari negeri China. Tapi kelihatannya kebiasaan menyalakan petasan sudah semakin jarang dilakukan orang, paling tidak ditempat tinggalku sekarang.

Kalau begitu, apa nih yang disebut sebagai tradisi sahur supaya aku bisa menjawab tantangan Satu Ramadan Bercerita hari ini? Jarum panjang dan jarum pendek terus berputar sambil menantikan tayangan tulisanku. Aku menargetkan ceritaku selesai dan siap ditayangkan sebelum kedua jarum itu bertemu pada angka yang sama, angka 12.

Kedua jarum itu, jarum panjang dan jarum pendek, seakan berlomba adu cepat mengelilingi lingkaran penunjuk waktu. Jarum panjang berputar lebih cepat dari jarum pendek, bukan karena dia mempunyai tubuh yang lebih panjang dari jarum pendek. Begitu juga sebaliknya, jarum pendek berputar lebih lambat dari jarum panjang, bukan karena dia mempunyai tubuh yang lebih pendek.

Kecepatan jarum panjang dalam bergerak mengelilingi lingkaran penunuk waktu bukanlah karena kebiasaannya. Kelambatan jarum pendek dalam mengelilingi lingkaran penunjuk waktu bukanlah juga karena tradisinya. Cepat atau lambatnya kedua jarum itu dalam bergerak mengelilingi lingkaran penunjuk waktu bukanlah karena kebiasaan atau karena tradisi yang dimiliki masing-masing jarum tersebut. Baik jarum panjang ataupun jarum pendek, keduanya tidak memiliki kebiasaan ataupun tradisi. Mereka bergerak karena memang sudah begitu adanya sebagai hasil karya hebat manusia. Jarum panjang berputar menandakan menit sementara jarum pendek berputar menandakan jam. Mereka berdua bukan manusia yang mempunyai kebiasaan dan tradisi.

Dilansir dari situs olympians98.wordpress.com, tradisi dibedakan dari kebiasaan. Tradisi adalah warisan kebudayaan dari masa lalu yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi berasal dari nenek moyang yang biasanya memiliki ciri khas masing-masing sesuai kebudayaan mereka.

Sedangkan istilah habituasi atau kebiasaan adalah suatu istilah yang sering digunakan di kalangan masyarakat untuk menunjukkan perilaku yang sering dilakukan oleh seseorang. Jadi, kalau tradisi itu merupakan sebuah warisan budaya, sedangkan kebiasaan adalah perilaku yang dikembangkan oleh seseorang untuk dirinya sendiri.

Nah, kita kembali ke laptop, kita kembali fokus ke topik SAMBER hari ini, yakni: Tradisi Sahur. Salah satu tradisi sahur itu adalah sebuah tradisi yang unik tapi semarak untuk membangunkan orang untuk sahur sebelum memasuki hari berpuasa. Istilah yang cukup sering kita dengar sehubungan dengan tradisi sahur ini adalah grebek sahur.

Tradisi sahur yang satu ini disebut unik tapi semarak karena cara dan gaya membangunkan orang untuk sahur terlihat berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain, bahkan dari satu negara ke negara yang lain, bahkan dari masa ke masa.

Dilansir dari situs republika.co.id, tradisi membangunkan orang untuk sahur sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW. Pada saat itu suara azan dikumandangkan sebagai tanda dimulainya waktu bersahur. Rasulullah SAW memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan sebagai tanda waktu santap sahur. Sementara Abdullah bin Ummi Maktum ditugaskan Rasulullah Saw untuk menaikkan suara azan sebagai tanda masuknya waktu Subuh atau usainya sahur. Sangat sederhana tapi terasa 'solemn' atau khidmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline