Halo teman-teman semua. Salam sehat dan tetap semangat!
Apa yang khas dari bulan Ramadhan yang orang-orang rindukan? Ya, betul itu. Bukan cuma satu, tapi ada banyak khas Ramadhan yang dirindukan orang. Malahan, bukan hanya sekedar dirindukan, tapi justru sangat dirindukan.
Mungkin bagi kamu, yang khas dari Ramadhan yang kamu rindukan adalah menu makanan pembuka puasa. Kamu mungkin merindukan aneka takjil yang aduhai enaknya itu. Malah, kalau bisa takjil itu sedikit berlama-lama dululah di dalam mulut sebelum masuk mengalir perlahan ke dalam perut. Kamu ingin benar-benar meresapi nikmatnya takjil pembuka puasa.
Wajar sih kalau kamu merindukan aneka takjil itu, apalagi kalau kamu adalah seorang diabetesi seperti saya yang dulunya adalah penikmat aneka masakan dan makanan. Iya 'kan? Tapi sekarang ingat yaak, kalau kamu adalah seorang diabetesi, kamu harus tetap berhati-hati dengan apa yang kamu makan untuk mengendalikan kadar glukosa darahmu, termasuk pada saat berbuka puasa. Oke?
Mungkin bagi sebagian orang, yang khas dari Ramadhan yang mereka rindukan adalah iring-iringan indah umat Islam yang berjalan menuju sholat tarawih di mesjid saat langit malam diterangi cahaya bulan. Biasanya sih selalu tampak wajah-wajah yang dihiasi senyum kemenangan pada iring-iringan itu. Tentu saja mereka tersenyum karena mereka telah menang atas godaan yang mungkin datang bertubi-tubi selama berpuasa seharian.
Mungkin bagi sebagian anak-anak, yang khas dari Ramadhan yang mereka rindukan adalah momen menyerukan 'sahur...sahur...!' sebelum subuh. Sepertinya ada kepuasan tersendiri bagi mereka ketika bersama sesama teman berjalan keliling perumahan membangunkan saudara seiman.
Bahkan ada lho seorang rekan kerja saya yang pernah bilang kepada saya, bahwa salah satu yang khas dari bulan Ramadhan yang dia rindukan adalah jalan raya yang biasanya macet menjadi relatif longgar saat suara adzan maghrib berkumandang. Wajarlah juga kalau dia bilang begitu. Maklumlah, rumahnya jauh dari tempatnya mencari nafkah. Dia berangkat kerja ke kantor sebelum matahari terbit, dan tiba kembali di rumah setelah matahari terbenam. Praktis dia gak pernah melihat matahari terbit dan matahari terbenam dari rumahnya, kecuali pada hari libur atau saat tanggal merah saja. Kasihan, 'kan? Apa boleh buat? Tapi demi sesuap nasi untuk anak dan bini dia rela mengais rejeki di mana saja selagi kaki masih bisa melangkah pergi.
Ya, begitulah adanya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan momen-momen khas, unik dan tiada duanya. Iya 'kan?
Eittt...! Tunggu dulu...! Ada yang bertanya kepada saya. Apa khas Ramadhan yang saya rindukan? Jawaban saya singkat saja. Ngabuburit!
Ngabuburit
Saya adalah seorang yang lahir dan dibesarkan di Jakarta sampai saya memasuki usia 11 tahun. Tapi walaupun dibesarkan di Jakarta, saya tidak terlalu akrab dengan budaya Betawi. Paling-paling hanya dialek Betawi saja dengan ucapan khas 'lu' dan 'gue' itu yang melekat pada diri saya.