Lihat ke Halaman Asli

Lukman Hamarong

Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Menristek, "Bukan" Presiden Ketiga Indonesia

Diperbarui: 12 September 2019   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BJ Habibie (foto viva.co.id)

Bagi kita yang lahir di periode tahun 1970-an, nama Habibie bukan nama yang asing. Nama ini familiar di semua kalangan. Bahkan bocah bernama "Lukman" yang kala itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 2 pun mengenal wajahnya. Hafal nama lengkapnya. Tahu jabatan serta gelar panjangnya. Pokoknya nama Habibie selalu "manja" di mulut dan telinga.

Dia Menristek. Pencipta pesawat terbang dari Indonesia. Punya IQ tinggi, dan pastinya suka tersenyum dan berbicara cepat. Menguasai banyak bahasa asing. Pokoknya Habibie top markotop. Bahkan saya kala itu lebih sering menyebut nama Habibie ketimbang nama Soeharto, Presiden kedua Indonesia. Bagi saya kala itu, Habibie lebih tenar dari Soeharto.

Buku cetak ataupun buku tulis yang terpampang foto dan nama sejumlah Menteri, Habibie paling sering dijadikan contoh sukses bagi guru dan orang tua kita. "Rajin belajar anak-anak, biar pintar seperti Habibie". Kalimat ini sering terlontar dari mulut sang guru ataupun orang tua kita. Itu masa di mana Habibie masih berjaya sebagai seorang Menristek.

Tak perlu saya menjelaskan sejarah di mana Habibie "naik kelas" menjadi seorang Presiden. Ya, Presiden ke-3 Republik Indonesia menggantikan Soeharto. Hari ini, kita semua mendengar kabar duka. Mantan Menristek itu telah pulang menyusul isteri tercinta, Ainun. Ia tidak pulang ke Jerman, tidak pula pulang ke Sulsel, melainkan pulang kembali ke pangkuan Ilahi.

Innalillahi wa innailaihi rojiuun. Ia telah pergi meninggalkan nama baik, nama besar, nama yang begitu sangat populer. Orang Indonesia sayang, tapi Allah Swt lebih menyayangi beliau. Selamat jalan, pak! Banyak legacy yang bapak tinggalkan, yang tentunya tidak akan pernah lekang oleh ruang dan waktu, salah duanya tentang Pesawat dan Demokrasi. (Masamba, 110919)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline