Lihat ke Halaman Asli

Lukman Hamarong

Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Jangan Malu Jadi Anak Petani

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hampir 80% penduduk Kabupaten Luwu Utara (Lutra) bergerak di sektor Pertanian. Jadi, tidaklah heran sebagian besar pendapatan masyarakat berasal dari hasil pertanian. Banyak tokoh besar Lutra yang lahir adalah anak seorang petani, salah satunya Wakil Bupati, Indah Putri Indriani. Pada sebuah kesempatan bertemu dengan masyarakat Dusun Porodoa Kecamatan Mappedeceng, Indah mengajak para anak muda, khususnya yang fresh graduate (anak-anak yang baru lulus pendidikan) untuk tidak malu menjadi anak seorang petani. Karena menurutnya, menjadi anak seorang petani itu adalah sebuah kebanggaan.

Jangan pernah malu menjadi anak petani. Saya dengan bangga mengatakan, saya ini anak petani. Di Luwu Utara, 80% masyarakat kita bergerak di sektor pertanian, tapi mirisnya, anak muda kita malu disebut anak petani. Padahal mungkin dia lulus sekolah karena hasil pertanian. Mari, pada kesempatan ini saya mengajak kepada kita semua, utamanya para petani, untuk menanamkan rasa bangga menjadi anak petani kepada anak-anak kita, khususnya fresh graduate. Nah, kalau rasa bangga sebagai anak petani sudah tertanam dalam diri mereka, otomatis mereka akan mencintai segala produk pertanian kita, dan ada upaya untuk melestarikan serta ada tanggung jawab untuk menjadikan pertanian itu sebagai asset yang sangat berharga.” Kalimat motivatif ini meluncur dari mulut orang nomor dua di Luwu Utara tersebut.

Nah, berbicara soal asset, Luwu Utara punya sesuatu yang patut dibanggakan. Apa lagi kalau bukan di sektor pertanian. Asset tidak melulu berbicara tentang uang, tapi juga berbicara tentang alam, lahan, dan sumber daya manusia. Luwu Utara punya asset alam, asset lahan, asset SDM, dan asset kebun. Luwu Utara punya buah-buahan yang masuk dalam kategori unggulan, seperti, durian, rambutan, cempedak, jeruk siam, langsat dan lain-lain. Semua itu adalah asset Luwu Utara. Terkait dengan hal tersebut, Wabup Indah berkata: “Aset kita banyak. Asset itu bukan soal uang saja, tapi asset itu bisa dalam bentuk kebun, lahan, SDM, bahkan buah-buahan. Luwu Utara punya buah-buahan yang masuk dalam kategori unggulan, seperti, durian, rambutan, cempedak, jeruk siam, langsat dan lain-lain. Semua itu adalah asset kita. Nah, siapa yang punya tanggung jawab agar asset kita ini bisa bernilai tinggi ke depannya? Adalah anak-anak muda kita yang fresh graduate. Mereka punya tanggung jawab untuk itu.”

Pemerintah pusat saat ini sangat mengedepankan apa yang disebut ABCD, Asset Based Community Development. Ya, pemberdayaan masyarakat berbasis asset. Pemberdayaan model ini berbicara tentang bagaimana cara masyarakat meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat itu sendiri, dengan melihat segala asset yang dimiliki suatu daerah untuk dikembangkan dan dilestarikan. Nah, sasaran utama tentunya adalah anak-anak muda untuk melanjutkan perjuangan pemberdayaan berbasis asset tersebut. “Beberapa waktu lalu, saya mengikuti Pelatihan ABCD, Asset Based Community Development. Pemberdayaan ini berbicara tentang bagaimana cara masyarakat meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat itu sendiri, dengan melihat segala asset yang dimiliki suatu daerah untuk dikembangkan dan dilestarikan. Nah, ke depan, tanggung jawab itu ada pada anak-anak kita, yang notabene adalah anak petani.” Lagi-lagi Indah sangat menekankan pentingnya peranan anak-anak muda yang bangga terlahir dari orang tua yang berprofesi sebagai petani. (Lukman Hamarong)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline