Namaku Andini, Mahasiswi semester akhir yang sedang berjuang untuk mendapatkan tanda tangan dosen, saking berjuangnya di kelas cuma aku sendiri yang belum di disetujui proposasl skripsiku. Aku kesal bukan main, alasannya cukup sederhana karena aku buruk rupa, dan dosen tidak memprioritaskan diriku untuk di ACC, bahkan untuk bertemu saja sangat sulit, dan aku selalu iri hati melihat temanku yang cantik cepat banget di setujui tanda tangan darinya. Apa aku seburuk itu ya? Padahal aku tidak sebodoh temanku yang cantik, ucapku dalam lamunan.
Berselang dua hari aku mendengar teman kelas yang sangat membenciku seminar proposal, hatiku ini makin bergejolak padahal dosen pembimbing kami sama. Aku buka WA dan mulai meminta izin kepada dosen untuk minta jadwal bimbingan. Dosen menggubris WA ku dan setuju pada hari Jum'at pukul 08.00. Singkatnya hari Jum'at sudah tiba dan aku siap-siap ke kampus dengan penampilan terbaikku. Sesampainya di kampus aku menuju ruangan dosen dengan waktu yang tepat, aku mengetok pintu serta mengucapkan salam dan masuk, dan ternyata dosen itu tidak ada di ruangan, aku tidak kaget sih cuma kesal aja, masa hampir setiap mau bimbingan hilang mulu kayak duit gajian. Aku duduk di lorong ruangan dan mulai menanyakan kabar dosen. "
Mohon maaf Pak saya sudah di ruangan Bapak " ucapku dengan muka melas. Sampai dua jam menunggu ternyata tidak ada balasan dari dosen, wajah melasku semakin menjadi-jadi dan aku memutuskan untuk pulang. Saat berjalan ke parkiran aku tidak sengaja menghadap ke kantin dan melihat Bapak pembimbingku sedang berbincang asik sambal tertawa lepas sama Mahasiswi yang membenciku. Hatiku semakin bergetar hebat untuk melabrak dosenku apalagi setelah mengetahui pesanku di Whatsapp centang dua dan tidak digubris sama sekali, sesekali dalam hatiku mengatakan fuck you Pak walaupun aku tau sedang berdosa, namun rasa kesalku tidak bisa dibendung lagi.
Sesampainya di kosan aku yang sudah kesal karena dosen pembimbingku menyibukan diri untuk mengambil rokok dan menghisap sebatang sambal merenung, apa aku seburuk itu ya? Hal ini yang menyebabkan pendidikan Indonesia tidak maju-maju dan akan selalu terbelakang, gubrisku sambal nyebat.
Tidak mau merenung dan berlarut dalam kekesalan aku mengambil kertas dan pena mulai menulis puisi tentang dosenku yang penuh dengan keanjingan yang kurang lebih berisi tentang body shamming karena wajahku yang buruk rupa dan selalu terbelakangi, padahal aku tidak pernah memilih mau pakai wajah yang mana dan siapa ketika masih dalam kandungan.
Menjelang malam hari pukul 18.26 pesanku dibalas sama dosen yang berisi " Bapak sudah di kampus, karena ini sudah malam konsultasinya besok hari Senin saja pukul 09.00 " aku yang melihat pesan itu langsung mengeluarkan kata mutiara " ahhhh fuck you Pak, dasar Anjing.....! " aku menutup pesan dengan mengatakan " Baik Pak, terima kasih ". Walaupun aku arogan tapi tetap jaga komunikasi yang baik karena aku tau nyawa perkuliahanku di dosen pembimbingku ini.
Hari senin telah tiba dan aku bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan semuanya seperti biasa, berharap hari ini akan jadi hari keberuntunganku. Aku berangkat ke kampus dan mampir ke warung sebentar untuk membeli rokok ketengan, ' Bu seperti biasa ya setengah" ucapku kepada Ibu warung langgananku, " mau konsul lagi ya? " Tanya balik ibu warung, " iya bu apalagi hehehe " Ibu memberikanku rokok sanbil aku kasih uangnya dan Ibu warung berpesan kepadaku " terus berjuang ya nak, walaupun kondisimu lagi tidak baik-baik saja " ucap Ibu warung dan aku meng-iyakan Ibu Warung dan berangkat ke kampus. Ibu warung memang selalu jadi tempatku berkeluh kesah karena pernah merasakan hal yang sama dan dengan dosen yang sama. Walaupun hanya sebagai penjaga warung namun menurutku ia lebih pantas disebut manusia dibanding dosen pembimbingku.
Sesampainya di Kampus aku menuju ruangan dosen seperti biasa aku selalu tepat waktu dan mulai mengetok pintu sambal salam dan masuk ke ruangan. Betapa terkejutnya aku melihat dosenku sudah duduk di kursinya dan melihat mahasiswa kelas sebelah lagi bimbingan, aku langsung keluar dan menunggu di lorong lagi.
Mahasiswa itupun keluar dan aku masuk ke ruangan lalu duduk dan tidak lupa dengan sapaan selamat pagi Pak sambil senyum, Bapak mempersilahkan aku duduk dan aku mulai mengeluarkan berkas-berkasku. Tanpa basa-basi bapak itu bertanya kepadaku " kamu Andini kenapa jadi mahasiswi yang arogan dan kamu selalu ngomongin Bapak yang enggak-enggak ya di dosen lain? " aku yang kaget dan bingung menyahuti perkataan Bapak " Tidak pernah Pak, siapa yang mengatakan itu Pak? " lalu ia menyahut " itu Mahasiswi yang kamu benci mengatakan demikian di Kantin kemarin, mau sampai kapan kamu begini? Itu hal bodoh yang akan membuat kamu tidak akan lulus dan tidak akan menerima tanda tangan dari Bapak! " sahut Bapak dengan tegasnya, aku yang mendengar itu langsung menangis di tempat, kok ada ya orang setega itu memfitnah aku, salah aku apa? Aku bertanya-tanya dalam hati.
Singkatnya aku diusir keluar dan berjalan pulang. Secara tidak sengaja aku berpapasan dengan mahasiswi yang membenciku ini dengan muka senyum dan ramah menyapaku " Andini kamu udah konsul? Semangat ya" dalam hati aku menyahut bermuka dua sekali orang ini, aku tidak menggubris dan langsung berjalan menuju parkiran.