Lihat ke Halaman Asli

Imam Subkhan

Author, public speaker, content creator

Belajar dari Kasus Patrialis, Mari Menjaga Kehormatan Diri

Diperbarui: 27 Januari 2017   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Harian Kompas

MENJAGA KEHORMATAN DIRI. Barangkali menjadi narasi yang pas dengan rentetan peristiwa yang terjadi belakangan ini, termasuk yang menimpa PAK, yaitu hendaknya kita bisa menjaga kehormatan diri. Artinya, kita bijak dan cerdas dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan, termasuk mempertimbangkan tempat-tempat yang akan kita kunjungi.

Apalagi bagi seorang figur publik atau pejabat elite, yang setiap gerak geriknya akan menjadi sorotan masyarakat. Teman dan lingkungan pergaulan akan menggiring opini masyarakat tentang siapa sebenarnya "dia" atau kebiasaan-kebiasaan apa yang sering dilakukan. Itulah yang akan menunjukkan karakter dia sesungguhnya.

Walaupun setiap orang memiliki prinsip hidup sendiri-sendiri, yang tidak semata-mata dipengaruhi oleh tempat favoritnya dalam berinteraksi dengan orang lain.

Contoh, jika kita seorang guru atau dokter, mungkin tidak etis atau patut jika ikut kongko-kongko bersama anak-anak muda di tengah malam sambil gitaran. Jika kita seorang kiai, mubalig atau ulama, tentu tempat yang cocok adalah masjid, musala, langgar, surau, atau majelis-majelis ilmu keagamaan.

Ya, sebenarnya sah-sah saja, seorang guru, kiai, dokter, atau profesi apa pun untuk pergi ke kafe, tempat karaoke, mal, atau tempat-tempat perbelanjaan, karena itu hak pribadi. Sekali lagi, ini masalah kepatutan, ukurannya adalah subjektif penilaian masyarakat. Jadi bukan soal salah dan tidak salah, tetapi etika. Terkecuali kepergian kita dengan suami atau istri, dan anak-anak, bisa jadi itu kegiatan tamasya atau sekadar liburan bersama keluarga.

Nah, pada kasus PAK, yang disayangkan adalah, sekelas pejabat tinggi yang kedudukannya mentereng, yaitu menjadi hakim konstitusi, tertangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di tempat perbelanjaan. Ditambah ada isu wanita misterius, yang diyakini bukan keluarganya. Selevel beliau, harusnya urusan belanja menjadi tugas istri atau pembantu rumah. Ya sih, tentu kita tahu, yang beliau lakukan di sana bukan belanja semata, tetapi menemui seseorang atau ada keperluan lain.

Maka, dalam hal ini, saya sepakat dengan Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), bahwa sebagai penegak hukum, apalagi hakim konstitusi, hendaknya memiliki etika dalam bergaul, artinya tidak boleh sembarangan, seperti orang-orang pada umumnya. Harus bisa menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Seperti judul saya di atas, hendaknya kita bisa menjaga KEHORMATAN DIRI. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua, untuk selalu memosisikan diri sesuai porsinya. SEMOGA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline