TERKADANG saya risi dan jengah dengan status yang dibuat oleh orang-orang di media sosial. Bukan pada kontennya sih, tetapi pada penggunaan tata bahasanya. Kecuali berita hoax lho! Ya maklum, karena sudah menjadi kebiasaan, ketika saya hendak menulis, selalu mengecek apakah kata-kata yang saya tuangkan baku atau tidak. Biasanya, saya langsung cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online.
Padahal kalau saya amati, yang sering mengunggah status setingkat sarjana, bahkan tak sedikit yang telah guru besar. Namun terkadang masih kurang tepat dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kadang, dalam hati saya terus bersangka jelek, “jangan-jangan dahulu ketika menulis skripsi, tesis, atau disertasi juga amburadul," he he he, maaf bercanda. Ya, mungkin bagi dia tidak terlalu penting sih, menerapkan kata-kata baku di media sosial, malah membuat ruwet. Terpenting orang lain paham dengan maksud perkataannya.
Tetapi bagi saya persoalan bahasa teramat penting. Karena bisa mengukur kualitas atau kompetensi seseorang, selain masalah konten, kalimat yang terstruktur dan sistematis, bobot/isi, atau kalimat yang mudah dicerna oleh orang yang membacanya.
Nah, berikut ini sedikit pengalaman saya ketika mencermati tulisan orang-orang di media sosial, yang menurut saya kurang tepat dalam penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mengkonfirmasi seharusnya mengonfirmasi.
Mengkombinasikan seharusnya mengombinasikan.
Mengkonsumsi seharusnya mengonsumsi.
Mengritik seharusnya mengkritik.
Memrotes seharusnya memprotes.
(mau tahu penjelasannya, boleh privat yaa…he he he), terus lagi…
Penggunaan kata depan ke dan di, kapan dipisah dan disambung.
Disana seharusnya di sana.
Diantara seharusnya di antara.
Dihatimu seharusnya di hatimu.
Di tilang seharusnya ditilang.
Di cintai seharusnya dicintai.
(Sudah tahu kan perbedaannya? Ini juga berlaku untuk kata depan ke yaaa…), terus lagi…
Sekedar seharusnya sekadar.
Lembab seharusnya lembap.
Supir bis seharusnya sopir bus.
Merubah seharusnya mengubah.
Karir seharusnya karier.
Menunjukan seharusnya menunjukkan.
Pemukiman seharusnya permukiman.
Hutang seharusnya utang.
Detil seharusnya detail.
Nafas seharusnya napas.
Praktek seharusnya praktik.
Apotik seharusnya apotek.
Kaedah seharusnya kaidah.
Ekstrim seharusnya ekstrem.
Atlit seharusnya atlet.
Antri seharusnya antre.
Aktifitas seharusnya aktivitas.
Jerigen seharusnya jeriken.
Amandemen seharusnya amendemen.
Sudah yaa, masih banyak lagi sih, termasuk penulisan huruf kapital, tanda baca, dan sebagainya. Belum lagi soal salah ketik, kadang mengganggu sekali. Lain kali insya Allah saya sambung lagi. Yuk, mari aktif lagi membaca KBBI supaya tahu cara penulisan kata yang baku. Mohon maaf jika saya juga masih salah dalam penulisan ini. He he he, maklum masih belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H