Lihat ke Halaman Asli

Lelucon PDI P dan Gerindra

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk pikuk politik di tanah air memang selalu menimbulkan beragam tanda tanya, segala kepentingan berkepundan saat ini pada tubuh partai politik dan orang-orang yang ada di dalamnya. Pertanyaan selama ini resmi terjawab. Kapan Partai Politik Bersuara? Jawabannya saat pemilu. Sisanya tinggal hiruk pikuk siapa diantara tokoh politik tersebut yang ditangkap KPK. Lalu dari partai mana.

Saya hendak mengajak kita mundur sejenak. Setelah melihat pertempuran dan saling sindir tokoh partai politik di media saat ini. khususnya antara Gerindra dan PDI Perjuangan. Saling sindir antara Gerindra dan PDI P itu untuk dan atas nama siapa? Jawabannya atas nama kepentingan politik mereka. Gerindra yang merasa besar dengan Capresnya Prabowo Subianto, kemudian PDIP yang merasa jumawa dengan Capresnya Jokowi. seolah-olah pertarungan kedua parpol ini adalah pertarungan kehendak rakyat. Padahal aroma kepentingan kelompok terasa kental.

“Dalam politik tidak ada musuh dan kawan yang abadi, yang ada kepentingan abdi,” pameo ini seolah-olah menjadi jawaban lagi dari apa yang terjadi di pentas politik tanah air. Dahulu kala, pada tahun 2009. PDI Perjuangan dan Gerindra adalah sepasang partai politik yang berapi-api membangun jargon  persaudaraan. Duet Mega-Prabowo pun dihantarkan ke panggung pemilu. Kedua partai ini bersatu padu saling puji, saling menyatakan kesamaan visi.

Kembali duet ini terulang di Pilkada DKI yang katanya fantastis dan fenomenal. Duet Jokowi (PDI P) dan Ahok (Gerindra) lagi-lagi mengukuhkan kesamaan visi kedua parpol ini. namun pertemenan yang katanya atas landasan kesamaan visi tersebut tercerai berai jelang pemilu tahun 2014 ini.

Gerindra yang ngotot mencalonkan Prabowo jadi Presiden berkali-kali menyindir Jokowi. PDIP yang ngotot mencalonkan Jokowi menyindir balik Prabowo Subianto. Padahal, Saat ini Jokowi adalah Gubernur Sah DKI Jakarta yang dihantarkan oleh Gerindra dan PDI Perjuangan. Begitu pula sebaliknya. Ahok ada Wakil Gubernur sah yang dihantarkan kedua partai ini. sebenarnya apa yang sedang mereka perjuangkan?

Apa yang dipertontonkan PDI Perjuangan dan Gerindra saat ini menurut hemat saya tak lebih dari lelucon politik. saling serang dan sindir di media masa hanya menambahi bahan bacaan tanpa membangun nilai-nilai substansi bagaimana negara ini dikelola ke depan.

Pasca Pemilu legislatif beberapa waktu lalu. Partai Politik kembali bermertamorfosis dari semula (saat Kampanye) banyak membicarakan kepentingan rakyat, bangsa dan negara  menjadi Partai pragmatis yang hanya berkutat pada kepentingan partai masing-masing. Rakyat kembali terlupakan, partai sibuk mengurus seragam dan bendera masing-masing.

Setelah ini, saat partai politik sudah mencapai syahwatnya dengan pasangan capres dan cawapres, kembali lagi Parpol ini bicara kepentingan rakyat khususnya agenda kampanye pilpres. Berkali-kali kesehatan rakyat, pendidikan rakyat, ekonomi rakyat disebut. Kemudian setelahnya presiden terpilih partai kembali bermetamorfosis menjadi kelompok-kelompok pragmatis yang sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Begitulah seterusnya.

Apa yang dipampangkan Gerindra dan PDI Perjuangan, PPP dan Golkar saat ini membawa konflik politik internal partai ke ruang-ruang publik hanya akan menambahi beban rakyat. Belum menjadi pemimpin di negeri ini, mereka sudah menyusahkan dengan beragam konflik yang membuat kita geleng-geleng kepala. Inilah lelucon lima tahunan yang selalu disuguhkan kepada rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline