Lihat ke Halaman Asli

Imam Rahmanto

Coffee addict

Antara "Rumah" dan Kompasiana

Diperbarui: 12 Januari 2016   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seorang teman perempuan sempat bertanya,

"Karena masih aktif ngeblog, bagaimana Kak Imam membedakan antara tulisan yang diposting di 'rumah' dan tulisan yang diposting di Kompasiana?"

Ia bertanya demikian setelah mengirimkan salah satu screenshot artikel yang saya posting di Kompasiana baru-baru ini. Kebetulan, artikel itu sempat dilihatnya menjadi Headline bersama jajaran artikel lain. Padahal, tulisan tersebut diplot sebagai HL tepat tengah malam, diantara lelap orang-orang hendak beraktivitas kembali esok hari.

Akh, saya bingung bagaimana menjawabnya. Itu hampir serupa ketika saya harus menjawab pertanyaan dari seorang gadis, "Kenapa menyukai saya?" _ _"

Kata pepatah, tak semua pertanyaan butuh penjelasan. Akan tetapi, untuk yang satu ini, saya punya sedikit penjabarannya. Kalau punya waktu, sembari menyeruput cappuccino juga tak apa.

Saya mengenal Kompasiana sudah sejak lama. Bahkan gadget Samsung Galaxy Y yang masih setia bertengger di tangan saya adalah hadiah pemberian event menulis Kompasiana, 3-4 tahun silam. Kala itu, "rumah" (blog) saya masih belum terbangun dengan baik. Perabotannya masih berantakan, dan pemiliknya jarang pulang ke rumah.

Kompasiana, sebagai media blog alternatif, memberikan saya kesempatan bagus untuk tetap update pengalaman menulis. Pada prinsipnya, saya percaya, tulisan yang diposting di Kompasiana pasti punya pembacanya sendiri. Yah, paling sedikit sampai 20 orang lah. Untung-untung kalau sampai 50 orang.

Tampilannya juga membuat betah untuk mengembangkan segala jenis tulisan, baik "pengalaman" maupun opini. Apalagi disini berkumpul segala lapisan pembaca. Semacam kerumunan (crowded) yang menunggu tulisan-tulisan baru dari para Kompasianer (penulis di Kompasiana).

Akan tetapi, kian lama, saya tergugah untuk mengurus kembali "rumah" (baca: blog) saya. Karena tak ingin terlantar di dunia maya. Kompasiana, hanya semacam ruang diskusi publik. Bukan "rumah" yang sebenar-benarnya di dunia maya, menurut saya.

Saya akhirnya pulang ke "rumah". Kian memperhatikannya. Menyirami kembang-kembang di halamannya. Menyiangi rumput yang sudah setinggi badan. Mengecatnya dengan sederhana. Memperkayanya dengan segala macam tulisan, ala saya, tanpa embel apapun.

Karena rumah yang nyaman selalu menjadi tempat kita jadi diri sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline