Lihat ke Halaman Asli

Imam Rahmanto

Coffee addict

Dulu Atlet Dunia, Sekarang Tukang Las

Diperbarui: 23 Desember 2016   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Denny Thios, mantan atlet angkat berat dunia. (Foto : Tawakal - Harian FAJAR)"][/caption]Tak ada yang bakal menyangka, pemilik bengkel las di Jl. Pajenekang Makassar adalah mantan atlet nasional. Di masa kejayaannya dulu, Denny Thios berulang kali mengharumkan nama Indonesia di kancah kejuaraan angkat berat dunia.

Denny tak kekar lagi. Kemeja kotak-kotak yang dikenakan justru nampak kebesaran di tubuh ringkihnya. Wajahnya makin tirus dimakan usia. "Kalau atlet lama tak latihan, ya memang seperti ini. Badan seolah mengecil kembali," ujar Denny saat ditemui di balik pagar rumahnya, beberapa waktu lalu.

Saya agak kesulitan menemukan rumahnya yang senantiasa tertutup. Kendati sudah diberi clue "bengkel las" oleh seorang kenalan dadakan di facebook, jalanan sempit di seberang Masjid raya itu cukup membingungkan. Berbekal tanya kepada tukang las lain di jalan yang sama, saya menemukan rumah atlet yang kini seolah terlupakan. Akh ya, saya harus nebeng kendaraan dengan teman dari media lain.

Besi berkarat sesak bertebaran balik pagar rumah berlantai dua itu. Kata Denny, bengkel las dan bubut sederhana peninggalan ayahnya itu sengaja dibiarkan selalu tertutup. Pelanggan tetap biasanya cuma orang-orang yang sekilas mengenal Denny.

"Mau dibangun juga tak seberapa. Ini bengkel sudah tua. Cuma teman-teman saja yang biasanya kerja barang (besi) disini," ujarnya sembari mengutak-atik mesin chainshaw yang ada di depannya. Kami pun hanya bisa duduk pasrah di depannya, tergusur sesak dengan beberapa barang bekas dan alat bubut. Ada empat anjing juga yang berjaga di antara tumpukan besi itu.

Ia pun larut dengan obrolan ringan mengulas kisah kejayaannya di dekade 90-an.

Denny mengaku mulai menekuni dunia angkat berat di tahun 1980-an. Itu atas saran seorang pelatih bernama Nuryadi saat ia tekun mengolah tubuh di tempat fitness. "Dulu saya suka bela diri karate. Namanya anak muda, supaya otot besar, saya ikut fitness," ceritanya. Dengan bimbingan Nuryadi, bersama mantan juara dunia di Jerman, Charlie de Thios, ia mulai menjuarai banyak kejuaraan nasional.

"Kebetulan, Charlie de Thios adalah om saya. Beliau adiknya bapak. Saya banyak belajar dari beliau," imbuh lelaki yang digelari The Best Lifter oleh Persatuan Angkat Besi dan Berat Seluruh Indonesia (PABBSI), 1990 silam.

Karir Denny Thios mulai melejit di kala ia sukses memecahkan tiga rekor sekaligus dalam Kejuaraan Angkat Berat Dunia di Taiwan (1990). Berlanjut dengan segala prestasi dan medali emas yang ditorehkannya di kancah lainnya, baik ajang PON maupun Kejurnas di tanah air.

Kendati demikian, paruh 1992, ia diterpa masalah dalam tubuh PABBSI Sulsel. Lantaran merasa terlunta-lunta sebagai atlet di kampung sendiri, ia berhijrah ke Surabaya, Jawa Timur. Menurutnya, hidupnya lebih terjamin disana.

"Di Sulsel, bagaimana pun prestasi kita, sangat sulit dihargai. Apalagi olahraga seperti angkat berat yang nota bene jarang dikenal masyarakat. Makanya saya memilih memperkuat Jatim di PON XIII itu," kenang lelaki yang profilnya pernah diabadikan di Majalah Power Lifting yang diterbitkan negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Bahkan, jika kini nama Denny Thios di-googling, masih ada sisa-sisa kejayaannya di daftar luar negeri itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline