Lihat ke Halaman Asli

Imam Rahmanto

Coffee addict

"Rumah" untuk Apa Saja

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14145411461639408049

Dahulu kala…

Memasuki usia awal perkuliahan, saya orang yang kerap bolak-balik menyambangi warung internet (warnet). Maklum, saya berasal dari daerah yang sangat minim akses internet. Hanya satu sekolah kejuruan di tingkat kecamatan yang dilengkapi dengan akses internet di laboratoriumnya. Pun, satu-dua-tiga komputer aktif. Kalau ingin mencicip internet, jarak yang ditempuh kesana sekira 15 menit berkendara motor.

Wajar, di kala tersentuh teknologi internet untuk pertama kalinya di perkotaan, saya menjadi penasaran tingkat akut. Obsesif. Saking akutnya, tiada hari tanpa masuk warnet.

Saya menyelami banyak hal. Mulai dari membuat akun jejaring sosial, hingga download hal-hal yang tidak jelas. Namun, paling utama, saya tergiur membuat blog. Alasannya sederhana; saya juga ingin terkenal di dunia maya, sebagaimana orang-orang yang terkenal karena telah  berbagi di dunia maya. Mereka biasanya fokus untuk berbagi pada item-item tertentu: software, ebook, gambar, musik, komik. Saya pun ingin demikian.

Mulailah saya membuat blog dengan nama yang keren dan mudah diingat. Tampilannya dipermak agar terlihat lebih teknologi-banget. Seringkali saya menghabiskan berjam-jam lamanya hanya untuk learning by doing persoalan template. Saya lantas membuat akun-akun penyimpanan file di ziddu dan sejenisnya. File-file tertentu saya unggah dan sediakan tautan unduhannya di dalam blog. Hal itu berlangsung cukup lama. Hanya saja…tak konsisten dan agak hambar. Ada ruang di hati saya yang masih kosong…

Berselang lama, blog saya “lumutan” dan dipenuhi sarang laba-laba. Tak pernah lagi dikunjungi pemiliknya sendiri. Mungkin, saya juga disibukkan dengan kegiatan di dunia nyata, selaku mahasiswa. Apalagi perjalanan saya di perkuliahan mulai melingkupi aktivitas pers mahasiswa dan segala tetek-bengek nulis beritanya. Kami adalah orang-orang yang akrab dengan deadline.

Dunia berita juga erat kaitannya dengan dunia menulis. Saban hari saya harus berinteraksi dengan narasumber dan menuliskannya menjadi rangkaian berita utuh. Rasanya juga menantang. Bedanya, saya menulis berita karena tekanan deadline dan tanggung jawab. Nyaris sama taste-nya dengan menyelesaikan tugas-tugas kampus. Sebuah perkara-yang-tidak-boleh-tidak-untuk -diselesaikan.

“Sekali-kali cobalah untuk menulis atas dasar keinginan sendiri. Menulis, yang bukan karena tuntutan. Menulis, yang bukan karena tugas. Menulis, yang bukan karena disuruh. Melainkan menulis, yang karena kita ingin menulis. Tentang apapun itu,” pikiran saya yang mencuat suatu waktu.


Saya butuh melegakan pikiran dengan menulis hal lain, yang benar-benar ditulis karena kita mau. Sehingga tekanan atas berita bisa diseimbangkan. Alur minat saya terhadap blog kemudian berubah seiring passion yang ingin saya asah secara konsisten itu, yakni menulis.

Restart, saya mengubah blog lebih sederhana. Mulai dari nama, hingga tampilannya. Saya cukup membangun satu hal; kekonsistenan.

[caption id="attachment_350570" align="aligncenter" width="539" caption="Doodle by me (Foto: ImamR)"][/caption]

Berangsur-angsur, saya kemudian paham bahwa ngeblog tak lagi soal tampilan yang keren (dan ngejreng), blog yang sering dikunjungi, blog yang menyimpan beratus-ratus file donlotan, blog yang berulang-ulang menjadi acuan tulisan orang lain, hingga blog yang sudah berkawan akrab dengan Google.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline