Lihat ke Halaman Asli

Hidupku, Matiku untuk ....

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hari ini, menyaksikan seorang sahabat, rekan kerja pergi ke haribaan Mu, membuatku berpikir tentang arti hidup. Perut kita tidak akan terlalu banyak menampung makanan. Namun selalu saja tidak ada kecukupannya, kalau yang namanya rakus merasuki. Padahal, salah satu pesan Muhammad SAW, seorang anak-cucu Adam tidak pernah memenuhi satu bejana pun yang lebih jelek daripada perutnya. Cukupla bagi seorang anak-cucu Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan punggungnya. Jika dia harus makan, hendaklah sepertiga dari perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk udara. Tapi kok masih banyak ya yang tega meraup begitu banyak uang negara, apakah perut wadagnya memang mampu menampung, ataukah "Perut" rakusnya yang terus meminta. Padahal, semua itu tidak ada yang akan dibawa ketika mati. Hanya lubang tanah 0,5 kali 2 meter lah yang menjadi tempat tinggal abadi, selamat jalan kawan, selamat jalan VIN




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline