"Saya enggak ngerti gimana kita ini, 40 tahun 9 persen pada diam. Begitu ada kesepakatan HoA 51 persen tidak didukung penuh. Mestinya seluruh rakyat mendukung penuh agar itu betul-betul bisa dikelola bangsa ini. Begitu dibilang antek asing,"
Dengan suara yang lantang, Jokowi membantah dirinya disebut sebagai antek asing. Jokowi membuktikannya dengan menyebut bahwa pengelolaan Blok Mahakam yang sebelumnya dilakukan 100 persen oleh pihak Jepang, kini sudah diambil oleh badan usaha milik negara, yaitu Pertamina. Kemudian, Jokowi juga mengatakan pengelolaan Rokan kini dilakukan Pertamina setelah mengambil alih dari Chevron, perusahaan asal Amerika.
Sumber di sini.
*****
Itu yang diucapkan oleh rezim penguasa saat mengatakan tentang tudingan beberapa pihak sebagai rezim pro asing. Penggunaan kosa kata antek semakin menunjukkan bahwa tudingan yang serius tersebut menyita perhatiannya.
Dan pernyataan tersebut dilontarkan jauh hari sebelum Paket Kebijakan Ekonomi XVI diberlakukan. Paket yang jelas menunjukkan ketidakberpihakan rezim kepada ekonomi kerakyatan. Paket yang sangat kental muatan liberalisme-nya.
Membayangkan pengusaha kecil (UMKM) yang berusaha memberikan lapangan pekerjaan kepada 1-2 orang tenaga kerja yang tidak bisa diserap oleh janji puluhan juta lapangan kerja yang pernah dijanjikan oleh rezim saat berkampanye empat tahun yang lalu.
Puluhan jenis usaha yang diberikan pintu masuk melalui kebijakan yang pro asing tersebut sejatinya adalah pertunjukkan sikap hipokrit penguasa hari ini. Bersemboyan Trisakti, Nawacita dan Berdikari tapi aplikasi yang kasat mata berupa pasar bebas yang benar-benar bebas adalah bentuk sikap yang t yang mendorong semangat entrepreneurship ke tubir jurang. Tidak memberikan jalan lempang melainkan dorongan ke kehancuran.
Bidang usaha yang bakal dirampok oleh investor asing yang bermodal tebal cukup menyakitkan seperti restoran, kafe hingga bahkan warnet. Membayangkan usaha kecil menengah yang selama ini dijadikan sebagai bidang usaha yang dianggap bisa mendatangkan keuntungan dan menyerap sumber daya manusia setempat akan lenyap disapu oleh penguasa yang mapan dan memiliki modal tidak berseri.
Entah apa yang ada dibalik kebijakan pro asing tersebut. Sekuat apapun rezim mengingkari kebijakan pro asingnya akan semakin menunjukkan dusta yang kasat mata.
Impor jagung, impor beras, impor garam dan kini rezim penguasa tengah berusaha melakukan impor investor yang dipandang bisa menaikkan angka pertumbuhan ekonomi yang stagnan.
Salam Ujung Impor!