Lihat ke Halaman Asli

Saat Seorang Wahabi Kehilangan Sosok Nahdliyin, Selamat Jalan KH. Hasyim Muzadi

Diperbarui: 16 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi penulis, KH Hasyim Muzadi adalah tokoh besar Nadhliyin yang memberikan begitu banyak sudut pandang yang luar biasa bermanfaat. Disamping keilmuan beliau yang mumpuni sehingga tidak heran semasa hidupnya terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) dan tentu saja akhlak yang diperlihatkan kepada kita. Beliau saat memberikan nasihat tidak memperlihatkan 'ketengilan-ketengilan' khas NU. Bertutur dan memposisikan sebagai orang tua kepada anak muda yang membutuhkan lampu penerangan. Ketengilan? Yah, bagi penulis beberapa tokoh-tokohnya NU sangat kerap mempertontonkan takwil yang tengil. Sebut saja tengil-nya Said Agil Siraj yang mengatakan keimanan orang NU itu flat dan stabil. Atau seorang tokoh nyeleneh bernama Gus Nuril yang petentang-petenteng bicara tentang akhlak orang muslim di gereja. Atau yang paling kekinian, misalnya perangai Nusron Wahid dan Ketua Umum GP Ansor yang 'memantati' hasil muktamar NU tentang keharaman memilih orang kafir sebagai pemimpin dan mereka secara konfrontatif dan provokatif memperlihatkan sikap yang sebaliknya.

KH. Hasyim Muzadi sangat berbeda. Beliau sangat kental kehati-hatiannya terkait sikap-sikap kebangsaan yang sangat rentan merontokkan sikap-sikap keimanan seseorang. Beberapa video tausiyah beliau di Youtube sangat meninggalkan kesan mendalam bagi penulis bahwa pemahaman NU yang seharusnya terekspos adalah terwakili dengan cara keilmuan dari seorang Hasyim Muzadi.

Jika Said Agil meletakkan soal terorisme langsung menuding Wahabisme maka KH. Hasyim Muzadi bertutur bahwa aksi-aksi isti'jal dari kaum pemarah yang ngebom sana-ngebom sini itu adalah sebuah sikap reaktif atas ketidakadilan yang menimpa umat Islam, dimana pun. Sangat berbeda kelas dua sosok Ketua Umum PB NU ini.

Jika Said Agil mengatakan orang berjenggot itu pendek akalnya maka berbeda dengan pemilik dari Pondok Pesantren Al Hikam ini.

NU sebagai rumah besar kaum nahdliyin kini tinggal memiliki stok ulama kharismatik  yang teramat sedikit. Sebut saja Gus Sholah, KH. Ma'ruf Amin, Buya Yahya di Cirebon dan seorang anak muda bernama Idrus Romli. Atau beberapa tokoh-tokoh keagamaan yang tidak terafiliasi langsung dengan NU seperti para Habaib, sebut saja Habib Rizieq Shihab yang lugas mengatakan pemahamannya sangat Asya'ari (menisbahkan kepada Hadratus Syaikh Hasyim Al Asya'ari selaku pendiri ormas Nahdlatul Ulama.

Selamat jalan Kyai, semoga Antum mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah Azza wa Jalla, dilapangkan kuburnya, diterima semua amaliyah sholihnya saat hidup dan mendapatkan khusnul khotimah, amin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline