Lihat ke Halaman Asli

Imam Muhayat

Karakter - Kompetensi - literasi

Propaganda Politik dan Perang Urat Syaraf

Diperbarui: 22 Oktober 2023   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anonim, 2000. Dokpri-koleksi pribadi Imam Muhayat

Sewindu berlalu. Saya pernah diminta mengisi acara diskusi kecil kelompok mahasiswa doktoral di Batu, Malang. Peserta diskusi kurang lebih 15 orang. Diskusi membedah tema, 'Propaganda Politik & Perang Urat Syaraf'.

Setelah moderator menyerahkan waktu sepenuhnya buat saya. Sebagai prolog saya mengungkapkan bahwa untuk mampu memberikan sesuatu yang berharga dan bermakna kepada siapa saja, maka diri sendiri harus memiliki sesuatu yang berharga dan bermakna lebih dulu.

Bermakna yang saya maksud adalah baik bersifat material maupun immaterial. Tapi keduanya tidak boleh lepas dan terabaikan yang sifatnya intelektual, sosial, spiritual, religi, dan lebih penting lagi kompetensi kecerdasan memetakan sekaligus mementaskan serumit masalah untuk mengurai solusi dengan strategi yang jitu.

Kemudian saya lanjut membahas tentang media sosial yang relatif efektif untuk membuat propaganda dan perang urat syaraf antara lain: Facebook,  Twitter, Instagram, WA, dan Akun lain serta media semacamnya. Penyebaran pesan dengan cara yang menarik perhatian, menyusun percakapan, dan membangun opini publik agar menjadi viral atas propaganda dan perang urat syaraf  itu.

Seperti dalam kutipan Tomaz D. dan Igor V. dalam bukunya Revolutionizing Political Communication through Social Media mengungkapkan bahwa perluasan media sosial telah berkontribusi pada modernisasi komunikasi politik yang signifikan sebagai sarana baru untuk memungkinkan komunikasi langsung dengan follower, dan memberikan pengaruh pada komunikasi pesan-pesan politik kepada pemilih.

Saat saya masih di Yogyakarta, saya bertiga, Salim dan Pi'i (bukan nama sebenarnya) sering mengikuti kuliah di Fisipol Bulaksumur dengan matakuliah propaganda politik dan perang urat syaraf. Tentu ini sangat menarik bagi orang-orang pergerakan. Setidaknya pengetahuan ini dapat mengontrol informasi untuk kekuatan politik dalam mengelola opini publik dan mempertahankan kontrol publik, konstituen untuk Pemilu mendatang?

Garth Jowett dan Victoria O'Donnell (1992:4) menjelaskan, propaganda dan (boleh jadi perang urat syaraf) adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi kognisi, dan perilaku langsung untuk mencapai tanggapan yang lebih baik dari maksud yang diinginkan dari propagandis.

Objektivitas, kebenaran terpinggirkan. Dalam benak propagandis yang penting menang dan begitu telak dapat melemahkan lawan.

Pada saat ini propaganda dan perang urat syaraf tidak saja untuk kepentingan perang dan konflik dunia. Tapi sudah menjadi kebutuhan yang dipaksakan dalam berbagi keperluan manajemen, politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama sekali pun --- dikemas dalam bentuk marketing, branding dari mulai lingkup sekecil apa pun.

Bagaimana dengan realitas seperti di atas? Optimisme tetap terus harus dikawal dan dibangun dalam kebersamaan tanpa putus asa, karena tidak ada yang tidak mungkin. Kemungkinannya tatanan dunia dengan perikemanusiaan, tatanan nasional kita dengan berkeadilan dan kesejahteraan, tatanan agama yang menuntun penuh berkah dan ridha-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline