Momentum Idul Fitri 1442 H di Bali relatif beda dua tahun terakhir. Para perantau Bali kebanyakan tidak mudik ke kampung halaman. Selain strategi mengatur ketahanan keuangan keluarga , juga terkait teknis penyekatan wilayah penyebaran pandemi Covid 19. Praktis saja kemudian mereka memanfaatkan waktunya silaturrahim. Saling mengunjungi sanak saudara dan handai tolan di lingkungan masing-masing.
Silaturrahim mengandung makna ibadah dalam Islam. Sebagai bentuk ibadah tidak hanya terbatas dilaksanakan saat momentum Idul Fitri. Tetapi dapat juga dilaksanakan pada waktu lainnya.
Syawalan, halal bi halal, silaturrahim umat Islam Indonesia sudah menjadi adat bagi bangsa Indonesia. Berawal dari kreativitas proklamator kita, Soekarno Hatta berupaya merekatkan kembali antarsesama, antaranak bangsa, kemudian ditetapkanlah bulan Syawal sebagai bulan halal bi halal agar semua komponen bangsa saling bahu membahu dapat mempertahankan kemerdekaan 1945.
Pemikiran cerdas pendiri bangsa ini hingga kini menjadi tradisi yang kuat bagi bangsa Indonesia. Umat Islam setelah selesai melaksanakan puasa Ramadan sebulan penuh sebagai perintah agama berniat mencari rida-Nya. Momentum itu disambungkan dengan syawalan, halal bi halal, silaturrahim dengan harapan disamping sempurnakan rida dari Allah, juga berharap lepas beban silaf antar sesama manusia.
Manusia sebagai makhluk yang dhaif tidak pernah luput dari salah dan khilaf. Syawalan, halal bi halal, silaturrahim itulah sebagai media saling memaafkan antar sesama sehingga terhubungnya kembali kerekatan persaudaraan, persahabatan, pertemanan dalam pergaulan.
Apalagi dalam waktu kekinian kian mendekatnya jarak dan waktu yang memungkinkan suatu persaudaraan yang bersifat dinamis itu tidak bersifat abadi, karena yang abadi hanyalah perbedaan dan perselisihan, maka dengan kerendahan hati, keterbukaan hati, dan kemauan saling memaafkan menjadi lebih berarti.
Idul Fitri yang dapat diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan bermakna fitrah. Bersih jiwanya lahir batin. Dengan kebersihan jiwa lahir batin itu, maka semua hikmah, fadilah, maunah, dan karamah dari Allah Swt. dengan tanpa tabir selalu dianugerahkan-Nya kepada makhluk-Nya.
Di tengah-tengah masih adanya kekhawatiran merebaknya pandemi Covid 19, Insha Allah kita semua sepakat bahwa pelaksanaan perayaan Idul Fitri tetap dilaksanakan dengan baik dengan mengharapkan rida-Nya selalu dilaksanakan sesuai protokol kesehatan. Karena kewajiban kita sebagai makhluk-Nya tidak lain hanya menguatkan ikhtiar dan selalu berdoa agar cobaan yang hanya datang dari Allah Swt ini segera berakhir.
Bagi orang-orang beriman dengan seutuhnya keimanan antara bahagia dan duka hanya beda tipis-tipis saja. Karena hal ini sungguh selalu disadari sepenuh jiwa bahwa semuanya hanya lintasan romantika kehidupan saja. Sebagai ujian dimana semua manusia selalu berada dalam ujiannya agar dapat ditetapkan kelulusan mendapat rida-Nya.
Oleh karena itu, satu langkah saja tapak-tapak kehidupan ini hanya kita ikhtiar secara optimal penuh tawakal. Selebihnya kewajiban kita hanya bersandar lewat penajaman birih-birih hati fitrah kita terhunjam sunyi dalam doa. Mengagungkan nama-Nya dan kalimat-kalimat-Nya seperti yang terfirman dalam kalam-Nya, "Berdoalah maka Aku kabulkan doa kalian."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H