Lihat ke Halaman Asli

Imam Muhayat

Karakter - Kompetensi - literasi

Air Terbeli Seret Sampai

Diperbarui: 7 September 2016   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gunung, ngarai, ladang, dan lorong-lorong
Tanah basah selalu kujaga di kota dan desaku
Hingga tak satupun ruang kosong tanpa pohon
Rimbun membumbun dusun satu keseribu
Kesadaran ini kutata agar air selalu mejadi biopenololong tak pilih kolong

Air mengalir jauh pipa-pipa tertanam
Memasuki beranda-beranda desa dan kota
Investor tinggal membuka neraca ketam
Keramatkan catatan sembarang laci meja
Pelanggan kerutkan dahi
Air produk sendiri yang terbeli sekadar dikit puasi untuk masak dan mandi

Suatu saat teriakku melengking berkalikali
Selalu saja jawabmu sederhana
Seperti rasa tak pernah salah dan dosa,
"Begitulah adanya," kilah itu saat waktumu kembali semoga tak akan bermandi lahar merapi

Kata bosan laporan di kantor sana
Sudah biasa keluar dari mulut warga
Sedikit ada evaluasi ditindaklanjuti
Hingga terpetik sikap pasrah dan dongkol di hati

Nusa Dua, 07.09.2016. Puisi: Imam Muhayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline