Lihat ke Halaman Asli

Imam Muhayat

Karakter - Kompetensi - literasi

Pasar Pagi

Diperbarui: 31 Agustus 2016   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tujuh menit jarijari rodaku berputar
Menuju ke arah mentari selimut fajar
Sasar mekar cuaca dingin di Batu
Menusuk jaket yang membalut tubuhku
Sampailah tujuanku di pasar pagi
Siar riuh rendah tawar menawar terjadi

Pada lorong-lorong senggol melolong
Merajak dagangan di lapak kelonthong
Tertata rapi sebelum rekah mentari bersalam pagi
Di sini tergambar jelas lincah tangan-tangan petani:
Saat membajak mengaduk tanah; tabur biji tunas bersemi; tangkai lunglai alir air dimulai; mekar rimbun di ubun-ubun
Anak negeri menjemput rezeki
Remas pesan di kepalan
Khutbah pengulu di pesta perkawinan

Saatnya panen raya mengindah rasa
Pijak kaki petani jelajah buana persada
Angkut sana angkat sini hasil bumi
Penuhi kebutuhan dalam negeri
Kualifikasi hasil bumi kualitas tinggi
Diekspor dengan harga meroket tinggi
Banggalah, ia sebagai penyangga negeri
Pahlawan tanpa tanda jasa dan prasasti
Empatinya tak perlu diragukan lagi

Di pasar pagi
Wajah bingar menjajakan hasil petani
Tampang lelaki tampil lebih gagah lagi
Lekuk tubuh perempuan rias lebih seksi
Wajah-wajah bingar selalu rekah di sini
Lagi-lagi, dari tangan-tangan petani
Ia selalu menabur biji bertunas rekah hati

Batu, 31.08.2016. Puisi: Imam Muhayat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline