Lihat ke Halaman Asli

Imam Muhayat

Karakter - Kompetensi - literasi

Mengatasi Paham Radikalisme dan Aksi Kekerasan

Diperbarui: 4 Agustus 2016   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENDAHULUAN

Kerukunan umat beragama tentu tidak tumbuh dari paham radikalisme dan budaya kekerasan. Sedangkan, radikalisme dan aksi kekerasan bercokol karena pengaruh kondisional dalam berbagai latar belakang kehidupan. Yakni  rentannya: stabilitas nasional, dinamika pertumbuhan ekonomi, politik social, budaya, pertahanan, dan keamanan serta pemerataan hasil pembangunan yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat, juga kepedulian anak bangsa untuk mewujudkan kerukunan. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah terkait keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang berkeadaban, bangsa yang berkarakter tinggi. Dimana pembangunan tidak hanya dimaknai keberhasilannya hanya bersifat material tetapi juga kesuksesan dalam mewujudkan pembangunan mental spiritual.

Disadari bahwa manusia terdiri dari badan jasmani dan rohani. Jasmani yang bersifat material dan rohani bersifat immaterial. Tentu keduanya mempunyai sifat yang berbeda, wujud yang tidak sama, dan kebutuhan yang berlainan pula. Ketergantungan kebutuhan masing-masing, terpenuhi atau kurangnya kebutuhan tersebut berdampak sangat signifikan dalam suatu kehidupan.

Falsafah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI mengindikasikan instrument kohesif bangsa yang lengkap dan bersifat antisipatif. Berpijak pada empat pilar tersebut, paham radikalisme dan aksi kekerasan (yang bisa datang dari manapun) dapat diatasi bersama. Tetapi, semua itu butuh kecermatan konsep, implementasi melalui suatu proses untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Dalam hal ini mainset (pola pikir) harus terbangun dalam kebiasaan, prilaku, karakter suatu bangsa yang terbangun secara terus menerus dan berkelanjutan yang dilaksanakan melalui strategi dan teknik-teknik tertentu menuju kulminasi jati diri bangsa.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka pada makalah ini akan menjawab permasalahan-permasalahan paham radikalisme dan aksi kekerasan. Bagaimana konsepnya dalam mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan? Bagaimana implementasi konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan? Dan bagaimana model konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan?  Serta bagaimana alternatif proposisi-proposisinya? Semua permasalahan ini penulis anggap penting. Berdasarkan datum sosiologis umat beragama di kabupaten Badung yang cukup homogen, maka langkah-langkah antisipatif memang layak dikedepankan.

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan menganalisa tema pokok pada paham radikalisme dan aksi kekerasan. Didasarkan atas konstruksi konsep pada informasi empiris. Rekonstruksi konsep disusun menjadi proposisi-proposisi sebagai tema teoritikal substantif dan praktis. Dibahas secara berurutan mengenai: 1). Konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan; 2). Implementasi Konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan; 3. Model Konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan; 4). Proposisi-proposisi alternative yang diajukan untuk mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan.

Konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan di Kabupaten Badung

Pembahasan tentang Konsep mengatasi paham radikalisme dan aksi kekerasan di Kabupaten Badung adalah berdasarkan pendekatan identifikasi karakteristik diri – warganya -- dengan ciri-ciri saling menerima, menghargai, menyanyangi, menyadari, ketaatan, kesadaran – tercermin dalam konsep keyakinan. Prasyarat utama agar terhindar dari fenomena tersebut di antaranya adalah: 1). Keteladanan setiap individu penting adanya. Individu hendaknya dapat menjadi teladan.

Dalam hal ini memiliki semangat dan ketajaman dalam membaca, menelaah, dan meneliti fenomena alam dan lingkungan social; 2). Bisa mempetahankan dan mengembangkan kualitas iman dan takwa; 3). Mampu bekerja dengan baik sebagai bentuk amal saleh (kebaikan pada sisi-sisi kehidupan); 4). Mampu berjuang bekerjasama untuk mencapai kerukunan umat beragama; 5). Mampu bekerjasama untuk menumbuhkan kesabaran untuk mencapai tujuan bersama dan kesejahteraan bersama bersamaan tumbuhnya kerukunan.

Demikian  juga dengan kesadaran ilahiyah, adanya empati dalam suatu bentuk keterpanggilan etis untuk kemanusiaan yang dilandasi spririt teologis, berikut adalah nilai iman. Ketika melaksanakan tugas keseharian dilandasi dengan iman, dengan keyakinan bahwa apa pun yang dilakukan akan diminta pertanggungjawaban Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa. Karena, dari pancaran keimanan inilah muncul pribadi-pribadi yang jujur, bertanggung jawab, amanah dan berakhlak mulia sebagai jati diri karakteristik individu dan social dalam hidup berkebangsaan, yang sangat terlarang bila mendekati paham radikalisme dan aksi kekerasan. Karena itu perlu tumbuhkembangnya berbagai penguatan karakteristik ideal dalam kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline