Lihat ke Halaman Asli

Imam Muhayat

Karakter - Kompetensi - literasi

Kunjungi Kampung Internasional dan Pantai Parangtritis

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

jalan-jalan dengan tangan kosong tanpa kamera memang membosankan. Hanya dengan selembar kertas dan sepotong bolfoin, pengalaman menyusuri kota Yogya akhirnya tidak menjadi halangan bagi penulis untuk menuturkan, berbagi kesan  perjalanan di kampung internasional dan pantai Parangtritis. Konplek Srosowijayan, tepatnya sebelah selatan dari Keraton Yogyakarta, dikenal dengan kampung internasional. Bukan karena banyak hotel-hotel megah di tempat itu. Tetapi tempat itu justru banyak penginapan-penginapan, vila, guest house yang semuanya dapat terjangkau harganya untuk turis domestik dan mancanegara. Tempatnya berbaur dangan perkampungan penduduk. Kuliner yang kelas kampung sampai kelas internasional juga masih mudah ditemukan di kampung internasional. Maaf, bahkan nasi koboi (nasi kucing: istilah mahasiswa Yogya) masih mudah juga ditemukan di sepanjang jalan kampung internasional, Sosrowijayan.

Antara guest house dengan perumahan penduduk hampir tidak ada skat sama sekali. Turis domestik dan turis asing kalau menginap di kampung Sosrowijayan keluar dari penginapan banyak disapa orang-orang kampung. Mungkin itu juga turis banyak yang menyukai Sosrowijayan dan berlama-lama tinggal di Yogya. Tidak hanya turis-turis yang menginap sementara di kampung Sosrowijayan, tetapi banyak juga mahasiswa asing yang menempuh studi di perguruan tinggi (PT) di Yogya rata-rata menyukai kampung Sosrowijayan.

Kampung turis itu juga masih relatif dekat dengan pusat kota, Keraton Yogya, Taman Sari, Malioboro, kampus UMY, kampus ISI, dan masih banyak kampus lain berdekatan dengan kampung internasional. Kampung internasional itu termasuk kampung hidup 24 jam, tidak pernah sepi orang berjualan. Malam-malam masih jreng - jreng - jreng suara gitar para musisi jalanan yang berbaur dangan turis asing menikmati malam-malam di kampung Sosrowijayan.

Sosrowijayan juga dikenal dengan art shop batik, antik, T-Shirt, wayang kulit, kerajinan kulit dengan jaket - sepatu - ikat pinggang dll, perak, kerajinan kayu, keramik, lukisan, batik lukis, batik tulis, dan berbagai oleh-oleh kuliner Yogya bisa ditemukan di Kampung Sosrowijayan. Tidak jarang para tamu yang berlama-lama di kampung ini belajar membatik, membuat wayang, latihan menari, latihan melukis yang dikelola langsung  sejumlah art shop dan toko seni.

Karena Yogya memang gudangnya seni dengan senimannya, maka kesempatan seperti itu di manfaatkan oleh tamu asing juga tamu domestik. Kini kegiatan semacam itu tambah ramai dan banyak peminatnya, apalagi kampung Sosrowijayan kini tidak jauh dengan Kampus Institut Seni Indonesia ( ISI) Yogyakarta  yang beberapa tahun lalu dibangun di wilayah Bantul, Yogyakarta.

Apabila ingin menambah berbagai koleksi oleh-oleh Yogyakarta yang lumayan dapat melanjutkan perjalanan menuju arah selatan tidak lembih dari 3 km akan sampai pusat perdagangan Seni Yogyakarta, dikenal dengan pasar Seni Internasional Yogyakarta. Tempat itu didesain dengan lokasinya sangat baik, luas, dengan penataan yang menarik, dan parkir yang cukup nyaman. Karya-karya seniman muda, yang masih studi di ISI ditemukan di pusat seni ini.

Manakala sudah puas borong oleh-oleh Yogya dapat langsung menuju pantai Parangtritis. Beranjak dari tempat tersebut menuju pantai dapat ditempuh sekitar 45 menit saja. Pantai Parangtritis termasuk panti yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia, laut lepas. Para pengunjung dilarang renang di Parangtritis. Alternatifnya dapat menikmati gelombang laut sembari menikmati makanan khas Yogya dapat dibeli di pantai Parangtritis. Wisata pantai ini juga dilengkapi dengan jalan santai di atas punggung kuda sepanjang pantai Parangtritis yang dipandu oleh joki-joki yang terlatih sehingga tidak mengkhawatirkan keselamatan bagi yang menggunakan jasa wisata tersebut. Imam Muhayat, Bali, 30 Oktober 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline